PENCARIAN

Minggu, 23 April 2017

DIARE

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Dimana pada dunia ke-3,  diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, membunuh lebih dari 1,5 Juta orang pertahun. Diare kondisinya dapat merupakan gejala dari luka, penyakit, alergi (Fructose, Lactose), penyakit dan makana atau kelebihan Vitamin C dan biasanya disertai sakit perut dan seringkali enek dan muntah. Dimana menurut WHO (1980) diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare kronik.

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Pengertian lain diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami buang air besar yang sering dan masih memiliki kandungan air berlebihan.

B.     Penyebab Timbulnya Penyakit Diare
Penyakit Diare ditimbulkan oleh
  • ·         Makan tanpa cuci tangan dengan sabun
  • ·         Minum air mentah
  • ·         Makan makanan yang dihinggapi lalat
  • ·         Keracunan makanan
  • ·         Beberapa infeksi virus tetapi juga sering kali akibat dari racun Bakteri.
  • ·         Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam seseorang yang tidak cukup makanan.


C.    Penularan Kuman Penyakit Diare
Kuman penyakit diare dapat ditularkan melalui :
  • ·         Air dan makanan yang tercemar
  • ·         Tangan yang kotor
  • ·         Berak disembarang tempat
  • ·         Botol susu yang kurang bersih

 D.    Macam-macam penyakit diare
Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya yaitu :

1. Diare akut
          Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
a.       Etiologi
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus. Penyebab lain yang dapat menimbulkan diare akut adalah toksin dan obat, nutrisi eteral diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi, impaksi tekal (overflow diarrhea) atau berbagai kondisi lain.
b.      Patogenesis
Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekresiyang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak. Penularannya adalah transmisi orang ke orang melalui aeorosolisasi (Morwalk, Rotavirus), tangan yang terkontaminasi (Clostridium diffecile), atau melalui aktivitas seksual. Faktor penentu terjadinya diare akut adalah faktror penyebab (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap organisme, yaitu faktor daya tahan tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas lambung, imunitas, juga mencakup lingkongan mikroflora usus. Faktor penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus, serta daya lekat kuman-kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.
Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri terbagi dua, yaitu:
1.      Bakteri noninvasit (enterotoksigenik)
Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak merusak mukosa. Toksin meningkat kadar siklik AMP di dalam sel, menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion karbonat, kation natrium, dam kalium.
2.      Bakteri enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvasive E. Coli (EIEC). S. Paratyphi B, S. Typhimurium, S. enteriditis, S. choleraesuis, Shigela, Yersinia, dan C. Pertringens tipe C. penyebab diare lainnya seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa ulkus besar (E. histolytica), kerusakan vilia yang penting untuk penyerapan air, elektrolit, dan zat makanan (G. Lambdia)

c.       Manifestasi klinis
Secara klinis diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1.      Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja
2.      Disentriform, pada diare di dapat lendir kental dan kadang-kadang darah.

d.      Penatalaksanaan
Pada orang dewasa, penata laksanaan diare akut akibat infeksi terdiri dari :
1.      Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Empat hal penting yang perlu diperhatikan adalah :
1)      Jenis cairan
2)      Jumlah cairan
3)      Jalan masuk atau cara pemberian cairan
4)      Jadwal pemberian cairan.
2.      Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi
3.      Terapi simtomatik
4.      Terapi defenitif

2. Diare kronik
Diare kronik ditetapkan berdasarkan kesepakatan, yaitu diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas waktu dua minggu.
a.       Etiologi
Diare kronik memiliki penyebab yang bervariasi dan tidak seluruhnya diketahui.
b.      Patofisiologi
Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu konsistensi feses dan motilitas usus, umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya. Gangguan proses mekanik dan ensimatik, disertai gangguan mukosa, akan mempengaruhi pertukaran air dan elektrolit, sehingga mempengaruhi konsistensi feses yang terbentuk.
Diare kronik dibagi tiga yaitu :
1.      Diare osmotik
Dijelaskan dengan adanya faktor malabsorpsi akobat adanya gangguan absorpsi karbohidrat, lemak atau protein, danb tersering adanya malabsorpsi lemak. Teses berbentuk steatore.
2.      Diare sekretorik
Terdapat gangguan tranpor akibat adanya perbedaan osmotif intralumen dengan mukosa yang besar sehungga terjadi penarikan cairan dan alektrolit ke dalam lumen usus dalam jumlah besar. Teses akan seperti air. Diare sekresi terbagi dua berdasarkan pengaruh puasa terhadap diare :
1.      Diare sekresi yang dipengaruhi keadaan puasa berhubungan dengan proses intralumen, dan diakibatkan oleh bahan-bahan yang tidak dapat diabsorpsi, malabsorpsi karbohidrat, letesiensi laktosa yang mengakibatkan intolerassi laktosa.
2.      Diare cair yang tidak dipengaruhi keadaan puasa terdapat pada sidrom korsinoid, VIP (Vasoactive Inkestinal Polypeptida) oma, karsinoma tiroid medular, adenoma vilosa, dan diare diabetik.
3.      Diare inflamasi
Diare dengan kerusakan kematian enterosit disertai peradangan. Fese berdarah. Klompok ini paling sering ditemukan. Trbagi dua yaitu nonspesitik dan spesitik.
c.       Penatalaksanaan
a.       Simtomatis
1.      Rehidrasi
2.      Antipasmodik, antikolinergik
3.      Obat anti diare
a.       Obat antimotilitas dan sekresi usus : Laperamid, ditenoksilat, kodein fosfat.
b.      Aktreotid (sadratatin)
c.       Obat anti diare yang mengeraskan tinja dan absorpsi zat toksin yaitu Arang, campura kaolin dan mortin.
4.      Antiemetik (metoklopromid, proklorprazin, domperidon).
5.      Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan, yaitu:
a.       Vitamin Bie, asam, vitamin A, vitamin K
b.      Preparat besi, zinc,dan lain-lain.
6.      Obat ekstrak enzim pankreas.
7.      Aluminium hidroksida, memiliki efek konstifasi, dan mengikat asam empedu.
8.      Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion usus.
b.      Kausal
Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun non infeksi Pada diare kronik dengan penyebab infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya.

E.     Tanda-Tanda Penyakit Diare
            Berak encer, biasanya 3X atau lebih dalam sehari, kadang-kadang disertai :
a.       Muntah
b.      Badan lesu dan lemah
c.       Tidak mau makan
d.      Panas

F.     Bahaya Dari Diare
1.      Penderita akan kehilangan cairan tubuh
2.      Penderita akan menjadi lesu dan lemah
3.      Penderita dapat meninggal bila kehilangan cairan tubuh lebih banyak

G.    Usaha Untuk Mengatasi Diare
            Penderita diberi minim, larutan yang terbaik untuk penderita  diare adalah Oralit, kalau tidak ada boleh diberi larutan Gula, Garam (LGG), bisa juga diberi air the, air kelapa.

H.    Cara Membuat Larutan Oralit dan LGG
1.      Larutan Oralit
Bubuk oralit 1 bungkus dilarutka kedalam 1 gelas air masak aduk sampai semua larutan larut dalam air.

2.      Larutan Gula, Garam (LGG)
Gula 1 sendok the, garam ¼ sendok the dilarutkan kedalam 1 gelas air masak, kemudian diaduk sampai

I.       Cara Memberikan Larutan Oralit
1.      Minumkan segera larutan sampai penderita tidak merasa haus lagi (pada anak balita diasanya memerlukan 3 bungkus oralit 200 CC dalam 3 jam pertama)
2.      Jika anak muntah pemberian oralit dihentikan dulu, lau kemudian dilanjutkan lagi.
3.      Bila sampai hati ke-2 anak masih terus diare atau keadaan anak bertambah parah maka dengan segera dibawah ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat. Selam perjalanan pemberian oralit harus terus diberikan.

J.    Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Makanan dan Minuman pada Penderita Selama dan Sesudah Diare :
1.      Penderita diare dangan dipuaskan
2.      Bagi yang masih menetek, pemberian ASI diteruskan.
3.      Berikan segera cairan Rumah tangga seperti ait kelapa, air sayur, air buah bila penderita mulai menimbulkan gejala Diare.
4.      Makanan pendamping ASI yang lunak seperti bubur
5.      Teruskan pemberian makanan. Makanan sebaiknya nudah dicerna dan tidak merangsang
6.      Sesudah diare pemberian makanan diteruskan dan perlu ditambah.

K.    Cara Pencegahan Penyakit Diare
1.      Pemberian ASI
Dapat mencegah Diare karena terjamin kebersihannya serta dapat meningkatkan daya tahan tubuh baalita.
2.      Pemberian makanan
Berilah anak balita makanan yang bersih dan bergizi.
3.      Pemakaian air besih
Gunakan air bersih untuk membersihkan makanan dan minuman bayi.
4.      Berak pada tempatnya
Biasakanlah anak anda buang kotoran pada jamban (kakus)
5.      Kebersihan perorangan
Biasakanlah mencuci tangan sebelm makam serta sesudah buang kotoran.
6.      Kebersihan makanan dan minuman
Perhatikan kebersihan makanan dan miniman meulai daor cara-cara mencuci, memasak, menhhidangkan dan cara menyimpan makanan.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Diare adalah buang air besar (defekasi) denganjumlah yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi. Penyalitm diare ditimbulkan oleh makanan, miniman, virus dan bakteri, dan juga alkohol. Kuman penyakit diare ditularkan melalui air dan makanan, tangan yang kotor, berak sebarang tempat dan botol susu yang kurang bersih.
            Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya yaitu; diare aku dan kronik. Penyakit diare ditandai dengan adanya berak encer, biasanya 3x atau lebih dalam sehari, disertai muntah, badan lesu dan lemah, tidak mau makan, panas. Bahaya dari pada diare itu adalah banyaknya kehilangan cairan tubuh, dan menyebabkan kematian.
            Usaha untuk mengatasi diare yaitu dengan cara memberi minuman, larutan Oralit, biasanya juga larutan gula, garam (LGG). Yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan dan minuman pada penderita diare yaitu
Jangan dipuaskan, ,pemberian ASI, pemberian air sayur, buah bila penderita menimbulkan gejala diare. Cara pencegahan penyakit diare yaitu dengan cara pemberian ASI, makanan, pemakaian air bersih, berak pada tempatnya, kebersihan perorangan, kebersihan makanan dan minuman.

B.     Saran-saran
Dengan melihat pembahasan dan mengetahui dampak dari pada diare tersebut, maka kita harus dapat menyadari betapa pentingnya kebersihan dalam diri dan lingkunyan. Oleh karena itu, kita berharap dengan adanya kesadaran, semua masyarakat mau bergotong royong untuk membersihkan dan memelihara lingkunyam dengan baik. Mudah-mudahan harapan kita semua untuk hidup bersih dapat diwujudkan bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Talley NJ, Martin CJ. Clinical gastroenterology : A Practical-based Approach. Sydney; Maclennan dan Petty Pty Limited, 1996.

Noer HMS, Waspdji S, Rachman AM, dkk. Buku aja Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996.

Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Edisi XVII. Jakarta: Kerjasama Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial.



PENATALAKSANAAN ASMA 2

PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang

Asma merupakan penyakit yang sangat dekat dengan masyarakat dan mempunyai populasi yang terus meningkat (The Global Initiative for Asthma, 2004). Kasus asma diseluruh dunia menurut survey GINA (2004) mencapai 300 juta jiwa dan diprediksi pada tahun 2025 penderita asma bertambah menjadi 400 juta jiwa.
Saat ini penyakit asma menduduki urutan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia (Depkes RI, 2007). Hal ini disebabkan oleh pengelolaan asma yang tidak terkontrol yang di tambah dengan sikap pasien dan dokter yang sering kali meremehkan tingkat keparahan penyakit asma sehingga menyebabkan kesakitan yang berkelanjutan dan lebih parahnya dapat menyebabkan kematian seketika pada penderitanya (Dahlan, 1998).
Di Amerika Serikat tercatat sekitar 2 juta penderita asma yang mengunjungi Unit Gawat Darurat setiap tahunnya, dan sekitar 500.000 penderita asma yang harus menjalani rawat inap, dan sebagai peringkat ketiga penyebab rawat inap. Di satu sisi, dunia kedokteran dan farmasi telah mencapai kemajuan yang sangat signifikan dalam pemahaman mengenai asma sebagai penyakit. Namun ironisnya, dari sisi lain, meski berjuta-juta dollar telah dikeluarkan untuk berbagai studi dan riset mengenai asma, nyatanya jumlah penderita baru asma di seluruh dunia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Penyakit asma sudah lama diketahui, namun saat ini pengobatan atau terapi yang diberikan hanya untuk mengendalikan gejala (Sundaru, 2008). Asma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tapi dapat dikendalikan. Asma dapat dikendalikan dengan pengelolaan yang dilakukan secara lengkap, tidak hanya dengan pemberian terapi farmakologis yaitu dengan cara pemberian obat-obatan anti inflamasi tetapi juga menggunakan terapi nonfarmakologis yaitu dengan cara mengontrol gejala asma (Sundaru 2008).
Pengontrolan terhadap gejala asma dapat dilakukan dengan cara menghindari allergen pencetus asma, konsultasi asma dengan tim medis secara teratur, hidup sehat dengan asupan nutrisi yang memadai, menghindari stres dan olahraga (Wong, 2003). Semua penatalaksanaan ini bertujuan untuk mengurangi gejala asma dengan meningkatkan sistem imunitas (Siswantoyo, 2007; The Asthma Foundation of Victoria, 2002) dan memperlancar sistem respirasi (Suyoko, 1992).
Asma dapat diatasi dengan baik dan akan lebih sedikit mengalami gejala asma apabila kondisi tubuhnya dalam keadaan sehat. Olahraga dan aktivitas merupakan hal penting untuk membuat seseorang segar bugar dan sehat. Melakukan olahraga merupakan bagian penanganan asma yang baik (The Asthma Foundation of Victoria, 2002). Namun anjuran olahraga terhadap penderita asma masih menjadi kontroversi. Disatu pihak olahraga dapat memicu gejala asma, namun di lain pihak olahraga dapat meningkatkan kemampuan bernapas penderita asma sehingga sangat penting dilakukan dalam upaya pengendalian asma.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dibahas lebih lanjut tentang penyakit asm dan pengendaliannya.


PEMBAHASAN


2.1  Cara Kerja Paru-paru
Paru-paru adalah organ tubuh manusia yang terdapat di dalam dada. Paru-paru ini mempunyai fungsi memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Paru-paru merupakan organ dalam sistem pernafasan dan termasuk dalam sistem kitaran vertebrata yang bernafas. Ini berfungsi untuk menukar oksigen dari udara dengan karbondioksida dari darah dengan bantuan hemoglobin. Proses ini dikenali sebagai respirasi atau pernafasan.
        Paru-paru terletak di dalam rongga dada (thoracic cavity), dilindungi oleh struktur tulang selangka dan diliputi dua dinding yang dikenal sebagai pleura. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh lapisan udara yang dikenal sebagai rongga pleural yang berisi cairan pleural.
Manusia menghirup udara untuk mendapatkan oksigen, namun tidak semua udara yang dihirup dapat digunakan oleh tubuh, karena udara tercampur dengan berbagai jenis gas. Pada waktu kita bernapas, paru-paru menarik udara dari ruang tenggorokan. Saat dihembuskan, rangka tulang rusuk tertarik ke arah dalam, dan diafragma di bawah tulang rusuk bergerak ke atas. Ketika paru-paru mengecil, udara yang ada di dalam kantung udara sedikit demi sedikit terdorong ke luar melalui batang tenggorokan.
Cara kerja paru-paru, jika oksigen sudah sampai pada bronkus, maka oksigen siap untuk masuk ke dalam saluran paru-paru. Oksigen akan berdifusi lewat pembuluh darah berupa kapiler-kapiler arteri dengan cara difusi. Kapiler-kapiler ini terdapat pada alveolus yang merupakan cabang dari bronkiolus. Pada alveolus ini akan terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbondioksida. Oksigen diikat oleh hemoglobindalam sel-sel darah merah (eritrosit), lalu diedarkan ke seluruh sel-sel tubuh  yang nantinya akan digunakan oleh mitokondoria alam respirasi tingkat seluler untuk menghasilkan energi berupa ATP (Adenosin Triphospat). Karbondioksida akan dibawa oleh kapiler vena untuk dibawa ke alveolus dan akan dikeluarkan di alveolus melalui proses respirasi.

2.2  Pengertian Asma
Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak nafas, batuk, dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran nafas. Atau dengan kata lain asma merupakan peradangan atau pembengkakan saluran nafas yang reversibel sehingga menyebabkan diproduksinya cairan kental yang berlebih (Prasetyo, 2010).
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap stimuli tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2001).
Menurut Prasetyo (2010) Asma, bengek atau mengi adalah beberapa nama yang biasa kita pakai kepada pasien yang menderita penyakit asma. Asma bukan penyakit menular, tetapi faktor keturunan (genetic) sangat punya peranan besar di sini.
Saluran pernafasan penderita asma sangat sensitif dan memberikan respon yang sangat berlebihan jika mengalami rangsangan atau ganguan. Saluran pernafasan tersebut bereaksi dengan cara menyempit dan menghalangi udara yang masuk. Penyempitan atau hambatan ini bisa mengakibatkan salah satu atau gabungan dari berbagai gejala mulai dari batuk, sesak, nafas pendek, tersengal-sengal, hingga nafas yang berbunyi ”ngik-ngik” (Hadibroto et al, 2006).
Beberapa ahli membagi asma dalam 2 golongan besar, seperti yang dianut banyak dokter ahli pulmonologi (penyakit paru-paru) dari Inggris, yakni:
a.  Asma Ekstrinsik
b.  Asma Intrinsik

a.    Asma Ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma yang paling umum, dan disebabkan karena reaksi alergi penderitanya terhadap hal-hal tertentu (alergen), yang tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap mereka yang sehat.
Pada orang-orang tertentu, seperti pada penderita asma, sistem imunitas bekerja lepas kendali dan menimbulkan reaksi alergi. Reaksi ini disebabkan oleh alergen. Alergen bisa tampil dalam bentuk: mulai dari serbuk bunga, tanaman, pohon, debu luar/dalam rumah, jamur, hingga zat/bahan makanan. Ketika alergen memasuki tubuh pengidap alergi, sistem imunitasnya memproduksi antibodi khusus yang disebut IgE. Antibodi ini mencari dan menempelkan dirinya pada sel-sel batang. Peristiwa ini terjadi dalam jumlah besar di paru-paru dan saluran pernafasan lalu membangkitkan suatu reaksi. Batang-batang sel melepaskan zat kimia yang disebut mediator. Salah satu unsur mediator ini adalah histamin.
Akibat pelepasan histamin terhadap paru-paru adalah reaksi penegangan/pengerutan saluran pernafasan dan meningkatnya produksi lendir yang dikeluarkan jaringan lapisan sebelah dalam saluran tersebut.

b.         Asma Intrinsik
Asma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen. Asma jenis ini disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti cuaca, kelembaban dan suhu udara, polusi udara, dan juga oleh aktivitas olahraga yang berlebihan.
Asma intrinsik biasanya berhubungan dengan menurunnya kondisi ketahanan tubuh, terutama pada mereka yang memiliki riwayat kesehatan paru-paru yang kurang baik, misalnya karena bronkitis dan radang paru-paru (pneumonia). Penderita diabetes mellitus golongan lansia juga mudah terkena asma intrinsik.
      Tujuan dari pemisahan golongan asma seperti yang disebut di atas adalah untuk mempermudah usaha penyusunan dan pelaksanaan program pengendalian asma yang akan dilakukan oleh dokter maupun penderita itu sendiri. Namun dalam prakteknya, asma adalah penyakit yang kompleks, sehingga tidak selalu dimungkinkan untuk menentukan secara tegas, golongan asma yang diderita seseorang. Sering indikasi asma ekstrinsik dan intrinsik bersama-sama dideteksi ada pada satu orang.

2.3  Penyebab Terjadinya Asma
Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma, yaitu:
1.  Pemicu (trigger) yang mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernafasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Banyak kalangan kedokteran yang menganggap pemicu dan bronkokonstriksi adalah gangguan pernafasan akut, yang belum berarti asma, tapi bisa menjurus menjadi asma jenis intrinsik. Gejala-gejala bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun saluran pernafasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk stimulus sehari-hari seperti: perubahan cuaca dan suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernafasan, gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.
2.      Penyebab (inducer) yang mengakibatkan peradangan (inflammation) pada saluran pernafasan. Penyebab asma (inducer) bisa menyebabkan peradangan (inflammation) dan sekaligushiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernafasan. Oleh kebanyakan kalangan kedokteran, inducer dianggap sebagai penyebab asma sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma (inducer) dengan demikian mengakibatkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi, dibanding gangguan pernafasan yang diakibatkan oleh pemicu (trigger). Umumnya penyebab asma (inducer) adalahalergen, yang tampil dalam bentuk: ingestan, inhalan, dan kontak dengan kulit. Ingestan yang utama ialah makanan dan obat-obatan. Sedangkan alergen inhalan yang utama adalah tepung sari (serbuk) bunga, tungau, serpih dan kotoran binatang, serta jamur.

2.4  Klasifikasi Asma
Klasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahan penyakit (derajat asma) yaitu:
1.      Intermiten
Intermitten ialah derajat asma yang paling ringan. Pada tingkatan derajat asma ini, serangannya biasanya berlangsung secara singkat. Dan gejala ini juga bisa muncul di malam hari dengan intensitas sangat rendah yaitu ≤ 2x sebulan.
2.      Persisten Ringan
Persisten ringan ialah derajat asma yang tergolong ringan. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala pada sehari-hari berlangsung lebih dari 1 kali seminggu, tetapi kurang dari atau sama dengan 1 kali sehari dan serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari.
3.      Persisten Sedang
Persisten sedang ialah derajat asma yang tergolong lumayan berat. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya di atas 1 x seminggu dan hampir setiap hari. Serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari.
4.      Persisten Berat
Persisten berat ialah derajat asma yang paling tinggi tingkat keparahannya. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya hampir setiap hari, terus menerus, dan sering kambuh. Membutuhkan bronkodilator setiap hari dan serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari.

2.5  Mekanisme Terjadinya Asma

























Skema 1. Mekanisme Terjadinya Asma
Gejala yang ditimbulkan di atas merupakan gejala hipersensitivitas asma, dimana gejala ini sangat berbahaya bagi keselamatan penderitanya, gejala diatas dapat membuat penderita asma meninggal dalam seketika (GINA, 2005).

2.6  Pengendalian Asma
Manajemen pengendalian asma terdiri dari 6 (enam) tahapan yaitu sebagai berikut:
1.            Pengetahuan
Memberikan pengetahuan kepada penderita asma tentang keadaan penyakitnya dan mekanisme pengobatan yang akan dijalaninya kedepan (GINA, 2005).
2.            Monitor
Memonitor asma secara teratur kepada tim medis yang menangani penyakit asma. Memonitor perkembangan gejala, hal-hal apa saja yang mungkin terjadi terhadap penderita asma dengan kondisi gejala yang dialaminya beserta memonitor perkembangan fungsi paru (GINA, 2005).
3.            Menghindari Faktor Resiko
Hal yang paling mungkin dilakukan penderita asma dalam mengurangi gejala asma adalah menhindari faktor pencetus yang dapat meningkatkan gejala asma. Faktor resiko ini dapat berupa makanan, obat-obatan, polusi, dan sebagainya (GINA, 2005).
4.            Pengobatan Medis Jangka Panjang
Pengobatan jangka panjang terhadap penderita asma, dilakukan berdasarkan tingkat keparahan terhadap gejala asma tersebut. Pada penderita asma intermitten, tidak ada pengobatan jangka panjang. Pada penderita asma mild intermitten, menggunakan pilihan obat glukokortikosteroid inhalasi dan didukung oleh Teofilin, kromones, atau leukotrien. Dan untuk asma moderate persisten, menggunakan pilihan obat β.
Berikut penjelasan tentang obat-obat pengontrol asma (Controller):
Glukokortikosteroid Inhalasi
Jenis obat ini digunakan selama satu bulan atau lebih untuk mengurangi gejala inflamasi asma. Obat ini dapat meningkatkan fungsi paru, mengurangi hiperresponsive dan mengurangi gejala asma dan meningkatkan kualitas hidup (GINA, 2005).
Obat ini dapat menimbulkan kandidiasisorofaringeal, menimbulkan iritasi pada bagian saluran napas atas dan dapat memberikan efek sistemik, menekan kerja adrenal atau mengurangi aktivitas osteoblast (GINA, 2005).
Glukokortikosteroid Oral
Mekanisme kerja obat dan fungsi obat ini sama dengan obat kortikosteroid inhalasil. Obat ini dapat menimbulkan hipertensi, diabetes, penekanan kerja hipothalamus-pituitary dan adrenal, katarak, glukoma, obaesitas dan kelemahan (GINA, 2005).
Kromones (Sodium Cromogycate dan Nedocromyl Sodium)
Obat ini dapat menurunkan jumlah eosin bronchial pada gejala asma. Obat ini dapat menurunkan gejala dan menurunkan reaksi hiperresponsive pada imun nonspecific. Obat ini dapat menimbulkan batuk-batuk pada saat pemakaian dengan bentuk formulasi powder (GINA, 2005).
β2-Agonist Inhalasi
Obat ini berfungsi sebagai bronkodilator selama 12 jam setelah pemakaian. Obat ini dapat mengurangi gejala asma pada waktu malam, meningkatkan fungsi paru. Obat ini dapat menimbulkan tremor pada bagian musculoskeletal, menstimulasi kerja cardiovascular dan hipokalemia (GINA, 2005).
β2-Agonist Oral
Obat ini sebagai bronkodilator dan dapat mengontrol gejala asma pada waktu malam. Obat ini dapat menimbulkan anxietas, meningkatkan kerja jantung, dan menimbulkan tremor pada bagianmuskuloskeletal (GINA, 2005).
Teofiline
Obat ini digunakan untuk menghilangkan gejala atau pencegahan asma bronkial dengan merelaksasi secara langsung otot polos bronki dan pembuluh darahpulmonal. Obat ini dapat menyebabkan efek samping berupa mual, muntah, diare, sakit kepala, insomnia daniritabilitas. Pada level yang lebih dari 35 mcg/mL menyebabkan hperglisemia, hipotensi, aritmia jantung, takikardi, kerusakan otak dan kematian.
Leukotriens
Obat ini berfungsi sebagai anti inflamasi. Obat ini berfungsi untuk mengurangi gejala termasuk batuk, meningkatkan fungsi paru dan menurunkan gejala asma (GINA, 2005).
              Berikut penjelasan tentang obat-obat meringankan (reliever) asma:
β2-Agonist Inhalasi
Obat ini bekerja sebagai bronkodilator. Obat ini digunakan untuk mengontrol gejala asma,variabilitas peak flow, hiperresponsive jalan napas. Obat ini dapat menstimulasi kerja jantung, tremor ototskeletal dan hipokalemia (GINA, 2005).
β2-Agonist Oral
Obat ini sebagai bronkodilator. Obat ini dapat menstimulasi kerja jantung, tremor otot skeletal dan hipokalemia (GINA, 2005).
Antikolinergic
Obat ini sebagai bronkodilator. Obat ini dapat meningkatkan fungsi paru. Obat ini dapat menyebabkan mulut kering dan pengeluaran mucus (GINA, 2005).
5.            Metode Pengobatan Alternative
Metode pengobatan alternative ini sebagian besar masih dalam penelitian. Buteyko merupakan salah satu pengobatan alternative yang terbukti dapat menurunkan ventilasi alveolar terhadap hiperventilasi paru penderita asma, selain itu memperbaiki gejala yang ditimbulkan asma. Buteyko ini merupakan tehnik bernapas yang dirancang khusus untuk penderita asma dengan prinsip latihan tehnik bernapas dangkal (GINA, 2005).
6.            Terapi Penanganan Terhadap Gejala
Terapi ini dilakukan tergantung kepada pasien. Terapi ini dianjurkan kepada pasien yang mempunyai pengalaman buruk terhadap gejala asma, dan dalam kondisi yang darurat. Penatalaksanaan terapi ini dilakukan di rumah penderita asma dengan menggunakan obat bronkodilator seperti: β-agonist inhalasi dan glukokortikosteroid oral (GINA, 2005).
7.            Pemeriksaan Teratur
Penderita asma disarankan untuk memeriksakan kesehatannya secara teratur kepada tim medis. Pemeriksaan teratur berfungsi untuk melihat perkembangan kemampuan fungsi paru (GINA, 2005).
8.            Dalam penatalaksanaan asma, pola hidup sehat sangat dianjurkan. Pola hidup sehat akan sangat membantu proses penatalaksanaan asma. Dengan pemenuhan nutrisi yang memadai, menghindari stress, dan olahraga atau yang biasa disebut latihan fisik teratur sesuai toleransi tubuh (The Asthma Foundation of Victoria, 2002).
9.            Pemenuhan nutrisi yang memadai dan menghindari stress akan menjaga penderita asma dari serangan infeksi dari luar yang dapat memperburuk asma dengan tetap menjaga kestabilan imunitas tubuh penderita asma (The Asthma Foundation of Victoria, 2002).
10.        Latihan fisik dapat membuat tubuh menjadi lebih bugar, sehingga tubuh tidak menjadi lemas. Latihan fisik dapat merubah psikologis penderita asma yang beranggapan tidak dapat melakukan kerja apapun, anggapan ini dapat memperburuk keadaan penderita asma. Sehingga dengan latihan fisik, kesehatan tubuh tetap terjaga dan asupan oksigen dapat ditingkatkan sejalan dengan peningkatan kemampuan latihan fisik (The Asthma Foundation of Victoria, 2002).


PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap stimuli tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang.
2.  Beberapa ahli membagi asma dalam 2 golongan besar, seperti yang dianut banyak dokter ahli pulmonologi (penyakit paru-paru) dari Inggris, yakni: asma ekstrinsik, asma intrinsik.
3.  Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma, yaitu: pemicu (trigger) dan penyebab (inducer).
4.     Klasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahan penyakit (derajat asma) yaitu:  intermiten, persisten ringan, persisten sedang, dan persisten berat.
5.    Manajemen pengendalian asma terdiri dari 6 (enam) tahapan yaitu sebagai berikut: pengetahuan, monitor, menghindari faktor resiko, pengobatan medis jangka panjang, metode pengobatan alternative, terapi penanganan terhadap gejala dan pemeriksaan teratur.

3.2  Saran
Dengan mengetahui apa dan bagaimana penyakit asma, maka beberapa saran penulis sebagai berikut:
1)      Untuk para penderita.
Jangan menganggap remeh penyakit yang Anda derita. Namun, seringlah berkonsul dengan dokter yang menangani Anda. Akan tetapi, jangan pula Anda terlalu memikirkan tentang penyakit anda, karena itu akan bisa memicu asma Anda kambuh.
2)      Untuk para keluarga penderita.
Perhatikanlah keluarga Anda yang menderita penyakt asma. Karena asma adalah penykit yang serius. Namun, perhatian dan pengamanan Anda jangan terlalu berlebihan karena bisa saja si penderita merasa tertekan dan stres yang bisa mengakibatkan asmanya kambuh.
3)      Untuk para dokter atau ahli medis.
Rawatlah pasien anda dengan baik. Jangan pernah meremehkan tingkat keparahan penyakit asma yang diderita oleh pasien Anda.

  
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC
Dahlan, Zul. 1998. Masalah Asma di Indonesia dan Penanggulangan jelasnya.. Bandung: Subunit Pulmonologi Bagian/UPF Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin.
Global Initiative For Asthma (GINA). 2005. Global Strategy for Asthma Management and Prevention.http://www.ginasthma.com/GuidelineItem.asp?intId=1170[15 Agustus 2012]
Hadibroto, Iwan. dan Alam, Syamsir. 2006. Asma. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Pengertian Paru-paru. http://paru-paru.com/pengertian-paru-paru-manusia/ [15 Agustus 2012]
Prasetyo, Budi. 2010. Seputar Masalah Asma : Mengenal Asma, Sebab-sebab, Resiko-resiko, Dan Cara Mengantisipasinya. Yogyakarta: Diva Press.
Sundaru, Heru. 2008. Apa yang Perlu Diketahui Tentang Asma.http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=204&Itemid=3[14 Agustus 2012]
Suyoko, E.M.D. 1992. Konsep Baru Penatalaksanaan Asma Bronial pada Anak. Jakarta: Sub Bagian Alergi-Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Ciptomangunkusumo.
The Asthma Foundation of Victoria. 2002. Penyakit Asma dan Gerak Badan.http://www.asthma.org.au/Portals/0/AsthmaandExercise_IS_Indonesian.pdf [14 Agustus 2012]
Wong, DN. 2003. Nursing Care of Infants and Children. St Louis Missauri, USA: Mosby.
The Asthma Foundation of Victoria. (2002). Terapi Pelengkap dan Penyakit Asma.http://www.asthma.org.au/Portals/0/ComplementaryTherapies_IS_Indonesian.pdf [15 Agustus 2012]