PEMANFAATAN EKSTRAK
DAUN KEBEN (Barringtonia asiatica Kurz.)
SEBAGAI PEWARNA RAMBUT
Abstrak
Bagian keben (Barringtonia asiatica Kurz.) yang digunakan sebagai
pewarna adalah daunnya yang menghasilkan warna coklat kemerahan. Masyarakat
biasanya menggunakan zat warna yang dihasilkan oleh daun keben ini untuk
pewarna pakaian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan pewarna rambut
menggunakan ekstrak kering daun keben dengan penambahan bahan pembangkit warna
tembaga (II) sulfat dan pirogalol dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun
keben untuk mendapatkan warna hitam terbaik.
Ekstraksi zat warna dari daun keben dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
etanol 96%, kemudian dikeringkan menjadi ekstrak kering. Sediaan pewarna rambut
dibuat dengan formula yang terdiri dari ekstrak kering daun keben dengan
berbagai konsentrasi, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7%. Pirogalol, tembaga (II)
sulfat, dan xanthan gum masing-masing 1%. Sebagai pelarut digunakan
akuades. Pewarnaan dilakukan dengan cara merendam rambut uban dalam sediaan
pewarna rambut selama 1-4 jam dan diamati perubahan warna setiap jam perendaman
rambut uban secara visual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan dipengaruhi oleh konsentrasi
ekstrak kering daun keben dan lamanya waktu perendaman. Semakin besar konsentrasi
ekstrak kering daun keben, maka warna rambut yang dihasilkan semakin gelap sampai
pada konsentrasi 7%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak kering daun keben
dapat digunakan sebagai pewarna rambut.
Kata kunci: ekstrak daun keben, keben,
Baringtonia
asiatiaca Kurz., tembaga (II) sulfat,
pirogalol, xhanthan gum, pewarna rambut.
THE USE OF KEBEN LEAF (Barringtonia asiatica Kurz.) EXTRACT IN HAIR DYE PREPARATION
Abstract
The part of keben (Intsia bakeri Prain) used as coloring agent is
the inside part of its leaf that produce the florid brown. People usually use
coloration that produced by this keben leaf is for clothes coloration.
The objective of this research was to formulate hair dye preparation using
of keben leaf extract with plant color agent copper (II) sulfate and pyrogalol
with various concentrations of keben wood extract that can produce the best black
colour.
Extraction of color essence from keben leaf was done with maseration method
way using 96% of ethanol then dried to be dried extract. Hair dye preparation
was made with a formula consisting of keben leaf extract with various concentrations, these
were 1, 2, 3, 4, 5, 6, and 7%.
Pyrogallol, copper (II) sulfate, and xanthan gum were 1%, respectively. Aquadest
was used as the solvent. Coloring process was done by soaking of gray hair on
hair dye preparation for 1-4 hours and the color change was observed visually
every hour of gray hair soaking.
The result showed that brown
color was influenced by the concentration of keben leaf extract and duration of
soaking. The greater concentration of keben leaf extract, until the hair colour
was changed from brown to darker at the concentration of 7%. It can be
concluced that keben leaf extract can be used as hair coloring agent.
Keywords: extract keben leaf, keben, Baringtonia
asiatiaca Kurz., copper (II) sulfate,
pyrogalol, xanthan gum, hair dye
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan
pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga
mulut antara lain untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan,
melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono, 2007).
Rambut adalah mahkota bagi wanita
sehingga berbagai cara dilakukan untuk membuat penampilan rambut menjadi
menarik salah satunya adalah dengan mengubah warna rambut menggunakan pewarna
rambut/cat rambut (Badan POM, 2008).
Rambut
selain merupakan mahkota kecantikan pada perempuan, juga berfungsi sebagai
pelindung kulit. Pertama sebagai pelindung terhadap rangsangan fisik seperti
panas, dingin, kelembaban, dan sinar. Kedua sebagai pelindung terhadap rangsang
mekanik seperti pukulan, gosokan, dan tekanan serta ketiga sebagai pelindung
terhadap rangsangan kimia seperti berbagai zat kimia dan keringat
(Bariqina dan Ideawati, 2001).
Rambut terbentuk oleh pembedahan
sel-sel matriks rambut yang berada didasar umbi rambut. Sel-sel tersebut akan
mengatur diri, mana yang akan menjadi selaput rambut, mana yang akan menjadi
kulit rambut dan mana yang akan menjadi medulla rambut. Setelah mencapai
sekitar 1/3 dari dasar kandung rambut, sel-sel yang semula hidup dan berinti
itu menjadi kehilangan intinya, mengering dan substansinya berubah menjadi zat
tanduk atau zat keratin yang keras dan mati. Di bawah umbi rambut terdapat
melanosit yaitu sel-sel pembentuk pigmen yang mewarnai sel-sel matriks dalam
perkembangannya menjadi sel tanduk. Melanosit menghasilkan butir-butir melanin
tidak berwarna. Dalam butir-butir melanin yang tidak berwarna itu terdapat asam
amino tirosin. Setelah tirosin dipengaruhi oleh enzim tiro-sinase, timbullah
pigmen melanin berwarna gelap. Ketika zat tanduk terbentuk, pewarnaannya juga
sudah terjadi dengan sempurna (Tranggono, 2007).
Pewarna rambut adalah sediaan kosmetik yang digunakan dalam tata rias
rambut baik untuk mengembalikan warna asalnya/menutupi atau untuk membuat warna
lain (Badan POM, 2008). Keinginan untuk mewarnai rambut memang sudah berkembang sejak
dahulu. Bahkan ramuan yang dijadikan zat warna pada waktu itu diperoleh dari
sumber alam, pada umumnya berasal dari tumbuhan dengan tujuan untuk memperbaiki
penampilan (Ditjen POM, 1985).
Pewarna alami adalah zat
warna alami (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari
sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah digunakan sejak dahulu dan umumnya
dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis. Pada daftar FDA, pewarna alami
dan pewarna identik alami tergolong dalam uncertified color additives karena
tidak memerlukan sertifikat kemurnian kimiawi. Klorofil memberikan warna hijau,
diperoleh dari daun dan banyak digunakan untuk makanan. Banyak kandungan lain
yang terdapat pada tumbuhan dimanfaatkan sebagai bahan pewarna seperti
flavonoid dan tanin (Wijaya, dkk. 2011). Tanin banyak digunakan sebagai
penyamak kulit karena kemampuannya untuk mengendapkan protein tanpa mengubah
sifat fisika dan kimia kulit. Selain itu, tanin digunakan sebagai zat pewarna,
bahan pengawet minuman, bahan baku pembuatan obat-obatan seperti obat kumur dan
obat cacing (Majundar et.al, 1979), ramuan pembuatan sabun, pasta gigi, dan
kosmetik (Lutony, 1993). Prabhu dan Teli (2011) mengekstraksi tannin dari asam
jawa (Tamarindus indica L.) sebagai mordant alami yang dicampur dengan tembaga
sulfat sebagai bahan pewarna alami pada bahan katun, wol dan kain sutra.
Keben merupakan salah satu tanaman
yang mengandung tanin sebagai salah satu komponen yang sudah banyak digunakan
dan diteliti sebagai zat warna. Keben sudah mulai dimanfaatkan dan diteliti
oleh masyarakat untuk pengobatan terutama penggunaan buah keben sebagai
anestesi. Selama ini, pemanfaatannya hanya dilakukan pada buah dan biji keben.
Sedangkan daun yang mengandung tanin banyak dibuang dan tidak pernah
dimanfaatkan oleh masyarakat terutama dalam hal kosmetika dan pengobatan.
Berdasarkan
hal di atas, penulis tertarik untuk memanfaatkan daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.) sebagai pewarna rambut.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan
uraian di atas perumusan masalahnya adalah:
a.
Apakah ekstrak daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.) dapat diformulasikan
ke dalam sediaan pewarna rambut.
b.
Berapakah konsentrasi ekstrak daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.) yang
menghasilkan warna terbaik.
1.3 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
a.
Ekstrak daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.) diduga dapat diformulasikan ke dalam sediaan pewarna rambut.
b.
Ekstrak daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.) dapat memberikan warna terbaik pada konsentrasi tertentu.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a.
Untuk mengetahui bahwa ekstrak daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.) dapat dibuat sebagai sediaan pewarna rambut dengan
penambahan bahan pembangkit warna tembaga (II) sulfat dan pirogalol.
b. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.) yang menghasilkan warna
terbaik.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil guna
dari daun keben. Selain itu juga dapat
memberikan informasi bahwa ekstrak daun keben dapat digunakan sebagai pewarna rambut
alami yang relatif aman dengan penambahan zat pembangkit
warna.
BAB II
METODE
PENELITIAN
2.1
Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
neraca listrik, blender, ayakan, batang pengaduk, pinset, kertas perkamen,
gunting, tisu gulung, rotary
evaporator, cotton buds, lemari pengering, freeze
dryer, dan alat- alat gelas yang diperlukan.
2.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun keben, etanol 70%
(teknis/Merck), pirogalol (Merck), tembaga (II) sulfat (Merck), xanthan gum (Coyote brand), aquadest
dan rambut uban.
2.3 Prosedur Kerja
2.3.1
Pengumpulan sampel
Pengumpulan
sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain.
Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.) yang diambil dari tumbuhan yang
telah dewasa di halaman
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara (USU), Medan.
2.3.2
Identifikasi sampel
Identifikasi
tumbuhan dilakukan di laboratorium Herbarium
Medanense Universitas Sumatera Utara.
2.3.3
Pengolahan sampel
Daun keben dicuci bersih dan ditiriskan, kemudian dikering dengan
cara diangin-anginkan, lalu ditimbang berat basahnya 1.500 gram. Bahan kemudian
dipotong kecil-kecil, lalu dikeringkan di lemari pengering pada temperatur ±
C hingga kering, lalu diserbukkan dengan menggunakan
blender kemudian diayak dan disimpan di tempat kering lalu ditimbang berat keringnya yaitu 520 gram.
2.3.4
Pembuatan ekstrak daun keben (Barringtonia
asiatica Kurz.)
Pembuatan
ekstrak
daun keben dilakukan secara maserasi menggunakan penyari alkohol
70%.
Cara kerja:
Serbuk
simplisia sebanyak 500 gram dimasukkan ke dalam bejana
tertutup, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari (etanol 70%) sampai semua
simplisia terendam sempurna. Rendaman tersebut
ditutup rapat, disimpan pada suhu kamar dan biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya langsung
(mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau perubahan warna) sambil
sering diaduk, diserkai, diperas, dan dicuci ampas dengan cairan
penyari (etanol 70%) secukupnya hingga diperoleh 100 bagian (5000 ml ekstrak
daun keben). Pindahkan kedalam bejana tertutup, dibiarkan ditempat
sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, lalu disaring (Ditjen POM. 1979).
Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan diuapkan dengan menggunakan penguap
putar vakum (rotary vacuum evaporator) pada tekanan rendah dan suhu 40-50◦C untuk
menguapkan pelarut etanol yang terdapat dalam filtrat. Hasil penguapan dengan
menggunakan penguap putar vakum (rotary vacuum evaporator) tersebut
diperoleh ekstrak tanin yang masih mengandung etanol (crude
extract) yang berwarna cokelat. Terhadap ekstrak daun
keben yang masih mengandung etanol (crude extract) kemudian dilakukan uji senyawa tanin. Kemudian ekstrak daun keben
yang masih mengandung etanol dihilangkan kadar etanol yang masih terdapat dalam
ekstrak dengan menggunakan freeze dryer
sehingga didapat ekstrak daun keben yang
berwarna coklat kehitaman (Saati, 2006). Ekstrak kering daun keben yang
didapat lalu digerus dan diayak hinggga diperoleh serbuk ekstrak daun keben
sebayak 120 gram.
2.3.5 Uji senyawa tanin
Ekstrak
kental daun keben sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1%. Terbentuknya warna biru tua menunjukkan
adanya senyawa tanin (Harborne, 1987).
2.4
Pembuatan Formula
Formula
yang dipilih berdasarkan formula standard yang terdapat pada Formularium
Kosmetika Indonesia (1985) seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Formula standard
Komposisi
|
Coklat muda
|
Coklat tua
|
Hitam
|
Serbuk inai
|
30
|
83
|
73
|
Pirogalol
|
5
|
10
|
15
|
Tembaga (II) sulfat
|
5
|
7
|
12
|
Sebelum dibuat formula pewarna rambut, dilakukan orientasi
terhadap rambut uban untuk menentukan konsentrasi pirogalol dan tembaga (II)
sulfat dengan catatan bahwa konsentrasi pirogalol tidak lebih dari 5% (Ditjen
POM, 1985) seperti pada Tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Formula orientasi
Komposisi
|
A
|
B
|
Ekstrak daun keben
|
3
|
3
|
Pirogalol
|
1
|
2
|
Tembaga (II) sulfat
|
1
|
2
|
Dalam orientasi penelitian ini, sediaan
yang akan dibuat adalah sediaan pewarna
rambut dengan penambahan konsentrasi pirogalol dan tembaga
(II) sulfat masing-masing 1% dengan kriteria warna rambut terbaik yang
dihasilkan adalah hitam. Selanjutnya dilakukan lagi orientasi terhadap rambut
uban dengan penambahan xanthan gum 0,5% sebagai berikut:
1.
Rambut uban
direndam dalam ekstrak daun keben dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%
2.
Rambut uban
direndam dalam pirogalol 1%
3.
Rambut uban
direndam dalam tembaga (II) sulfat 1%
4.
Rambut uban
direndam dalam xanthan gum 0,5%
5.
Rambut uban
direndam dalam pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1%
6.
Rambut uban direndam
dalam pirogalol 1% + xanthan gum 0,5%
7.
Rambut uban
direndam dalam tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 0,5%
8.
Rambut uban
direndam dalam ekstrak daun keben 3% + pirogalol 1%
9.
Rambut uban
direndam dalam ekstrak daun keben 3% + tembaga (II) sulfat 1%
10.
Rambut uban
direndam dalam ekstrak daun keben 3% + xanthan gum 0,5%
11.
Rambut uban
direndam dalam pirogalol 1% + tembaga
(II) sulfat 1% + xanthan gum 0,5%
12.
Rambut uban
direndam dalam ekstrak daun keben 3% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1%
13.
Rambut uban
direndam dalam ekstrak daun keben 3% + pirogalol 1% + xanthan gum 0,5%
14.
Rambut uban
direndam dalam ekstrak daun keben 3% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 0,5%
15.
Rambut uban
direndam dalam ekstrak daun keben 3% + pirogalol 1% + tembaga (II)
sulfat 1% + xanthan gum 0,5%.
Rambut uban dimasukkan ke
dalam masing-masing bahan atau campuran bahan, dilakukan perendaman selama 4
jam, kemudian dikeluarkan, dicuci dan dikeringkan. Masing-masing diamati warna
yang terbentuk.
Dari hasil orientasi di
atas, dibuat formula dengan variasi konsentrasi ekstrak
daun keben seperti pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Formula pewarna rambut yang dibuat
Komposisi
|
Formula (%)
|
||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
|
Ekstrak daun keben
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
Pirogalol
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Tembaga (II) Sulfat
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Xanthan gum
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
Air ad
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Keterangan:
Formula A = Konsentrasi ekstrak daun keben 1%,
pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1% dan xanthan gum 0,5%.
Formula B = Konsentrasi ekstrak daun keben 2%, pirogalol 1%, tembaga (II)
sulfat 1% dan xanthan gum 0,5%.
Formula C = Konsentrasi ekstrak daun keben 3%,
pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1% dan xanthan gum 0,5%.
Formula D = Konsentrasi ekstrak daun keben 4%,
pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1% dan xanthan gum 0,5%.
Formula E = Konsentrasi ekstrak daun keben 5%,
pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1% dan xanthan gum 0,5%.
Formula F = Konsentrasi
ekstrak daun keben 6%, pirogalol 1%, tembaga (II)
sulfat 1% dan xanthan gum 0,5%.
Formula G = Konsentrasi
ekstrak daun keben 7%, pirogalol 1%, tembaga (II)
sulfat 1% dan xanthan gum 0,5%.
Prosedur kerja:
Dikalibrasi
beaker glass 100 ml. Sesuai dengan formula yang digunakan. Dicampurkan
pirogalol, tembaga (II) sulfat, ekstrak daun keben dan xanthan gum ke dalam lumpang, digerus homogen. Ditambahkan aquasest
50 ml ke dalam lumpang, lalu digerus hingga homogen. Dipindahkan massa ke dalam
beaker glass yang telah dikalibrasi, kemudian dicukupkan dengan air suling
sampai batas kalibrasi.
Pengujian
terhadap rambut uban:
Empat
ikat rambut uban masing-masing seratus helai yang telah dipotong kira-kira 5 cm
dan dicuci dengan sampo, dimasukkan ke dalam campuran bahan pewarna rambut,
dilakukan perendaman selama 1-4 jam dengan satu ikat rambut diambil setiap
jamnya untuk kemudian dicuci, dikeringkan, dan dipisahkan serta diamati warna
yang terbentuk sesuai dengan waktu perendaman.
2.5
Evaluasi
2.5.1
Pengamatan secara visual
Pengamatan
ini dilakukan terhadap masing-masing formula untuk tiap kali perendaman. Dari
hasil percobaan yang dilakukan, ditentukan waktu perendaman yang optimal, yaitu
dengan membandingkan hasil pewarnaan setelah 1-4 jam perendaman. Kemudian
masing-masing formula diamati hasil akhir pewarnaannya dan warna tersebut
diklasifikasikan menurut Natural Color
Levels seperti pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Natural
Color Levels (Dalton,1985).
Keterangan:
Blonde = Pirang; Brown = Cokelat; Black =
Hitam; Light = Terang; Medium = Sedang; Dark = Gelap
2.5.2
Pengamatan stabilitas warna
2.5.2.1
Stabilitas
warna terhadap pencucian
Prosedur
kerja:
Uban yang telah diberi pewarna dengan perendaman selama 4 jam dicuci dengan menggunakan sampo
dan dikeringkan. Pencucian ini dilakukan sebanyak 15 kali pencucian, kemudian diamati apakah terjadi perubahan warna rambut setelah pencucian.
2.5.2.2 Stabilitas warna terhadap sinar
matahari
Uban yang telah diwarnai dan
dibilas bersih dibiarkan terkena sinar matahari langsung selama 5 jam mulai
dari pukul 1000-1500 WIB, setelah itu diamati perubahan warnanya.
2.5.3
Uji biologis (Uji iritasi)
Sukarelawan
yang dijadikan sebagai panel dalam uji iritasi pada formula pewarnaan rambut
adalah orang terdekat dan sering berada di sekitar pengujian sehingga lebih
mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi pada kulit yang sedang
diuji dengan kriteria sebagai berikut:
1.
wanita berbadan sehat,
2.
usia antara 20-30 tahun,
3.
tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi,
dan
4.
bersedia menjadi relawan (Ditjen POM, 1985).
Prosedur kerja:
Kulit
sukarelawan yang akan diuji dibersihkan dan dilingkari dengan spidol (diameter
3 cm) pada bagian belakang telinganya, kemudian pewarna rambut yang telah
disiapkan dioleskan dengan menggunakan cotton
buds pada tempat yang akan diuji dengan diameter 2 cm, lalu dibiarkan
selama 24 jam dengan diamati setiap 4 jam sekali apakah terjadi eritema,
papula, vesikula, dan edema (Scott, 1976; Ditjen POM, 1985). Bila terjadi
eritema diberi tanda +, terjadi eritema dan papula diberi tanda ++, terjadi
eritema, papula dan vesikula diberi tanda +++, terjadi edema dan vesikula
diberi tanda ++++ dan bila tidak terjadi reaksi diiberi tanda 0 (Ditjen POM,
1985).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Indentifikasi Sampel
Hasil
identifikasi tumbuhan menunjukkan bahwa bahan uji adalah tumbuhan keben (Barringtonia
asiatica Kurz.) famili Lecythidiaceae.
3.2 Pengaruh Penambahan Bahan dan Perbedaan
Konsentrasi terhadap
Perubahan Warna Rambut Uban
3.2.1
Hasil orientasi penambahan ekstrak daun keben terhadap perubahan warna rambut uban
Berdasarkan hasil
orientasi yang dilakukan diperoleh hasil pewarnaan rambut uban seperti pada
Gambar 3.1 berikut:
e
|
d
|
c
|
b
|
a
|
Gambar 3.1
Pengaruh penambahan ekstrak daun
keben terhadap perubahan warna rambut uban dengan lama perendaman 4 jam.
Keterangan:
a = rambut
uban dalam ekstrak daun keben 1%
b = rambut
uban dalam ekstrak daun keben 2%
c = rambut
uban dalam ekstrak daun keben 3%
d = rambut
uban dalam ekstrak daun keben 4%
e = rambut
uban dalam ekstrak daun keben 5%
Hasil perendaman rambut
uban dalam ekstrak daun keben
(3.1.a) terjadi perubahan warna yaitu dari putih
menjadi pirang sedang, pada gambar (3.1.b) terjadi perubahan warna yaitu dari putih menjadi pirang
gelap, pada
gambar (3.1.c) terjadi perubahan warna
yaitu dari putih menjadi coklat terang, pada gambar (3.1.d) terjadi perubahan warna yaitu dari putih menjadi coklat sedang, dan
pada gambar (3.1.e) terjadi perubahan warna
yaitu dari putih menjadi coklat gelap.
3.2.2
Hasil orientasi perbedaan penambahan konsentrasi
pirogalol dan tembaga (II) sulfat terhadap perubahan warna rambut uban
Konsentrasi pirogalol dan
tembaga (II) sulfat ditentukan berdasarkan hasil orientasi seperti pada Gambar
3.2 berikut:
a b
Gambar
3.2 Pengaruh perbedaan konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat
terhadap perubahan warna rambut uban dengan lama perendaman
4 jam.
Keterangan:
a = rambut uban dalam ekstrak
daun keben 3%, pirogalol 1%, tembaga
(II) sulfat 1%
b = rambut
uban dalam ekstrak daun keben 3%, pirogalol 2%, tembaga (II) sulfat 2%
Gambar (3.2.a) menunjukkan bahwa rambut uban dalam
formula yang mengandung ekstrak daun keben 3%, pirogalol 1%, dan tembaga (II) sulfat 1%
dapat mengubah warna rambut uban menjadi coklat tua, sementara rambut uban
dalam formula yang mengandung pirogalol 2% dan tembaga (II) sulfat 2% dengan
jumlah ekstrak daun keben yang sama, mengubah warna rambut uban menjadi hitam seperti pada
gambar (3.2.b). Dengan demikian, konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat
yang akan digunakan dalam formula pewarna rambut masing-masing adalah 1%.
3.2.3
Hasil orientasi penambahan bahan dan campuran
bahan terhadap perubahan warna rambut uban
a b c d
e f g h
i j k l
m
m n o p
Gambar 3.3
Pengaruh penambahan bahan dan
campuran bahan terhadap perubahan warna rambut uban dengan lama
perendaman 4 jam.
Keterangan:
a = rambut
uban (blanko)
b = rambut
uban dalam ekstrak daun keben 3%
c = rambut
uban dalam pirogalol 1%
d = rambut
uban dalam tembaga (II) sulfat 1%
e = rambut
uban dalam xanthan gum 0,5%
f = rambut
uban dalam pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1%
g = rambut
uban dalam pirogalol 1% + xanthan gum 0,5%
h = rambut
uban dalam tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 0,5%
i = rambut
uban dalam zat warna daun keben 3% + pirogalol 1%
j = rambut
uban dalam zat warna daun keben 3% + tembaga (II) sulfat 1%
k = rambut
uban dalam zat warna daun keben 3% + xanthan gum 0,5%
l = rambut uban dalam pirogalol 1% + tembaga
(II) sulfat 1% + xanthan gum 0,5%
m = rambut
uban dalam zat warna daun keben 3% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1%
n = rambut
uban dalam zat warna daun keben 3% + pirogalol 1% + xanthan gum 0,5%
o = rambut
uban dalam zat warna daun keben 3% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum
0,5%
p = rambut uban dalam zat warna daun keben 3% +
pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1%
+ xanthan gum 0,5%
Hasil perendaman rambut uban dalam ekstrak daun keben (3.3.b) terjadi perubahan warna yaitu dari putih menjadi coklat terang, dalam pirogalol (3.3.c)
berwarna pirang terang, dalam tembaga (II) sulfat (3.3.d) warna
tidak berubah, dalam xanthan gum (3.3.e) warna tidak berubah, dalam
pirogalol + tembaga (II) sulfat (3.3.f) berwarna coklat sedang, dalam
pirogalol + xanthan gum (3.3.g) berwarna pirang terang, dalam tembaga (II) sulfat +
xanthan gum (3.3.h) warna tidak berubah, dalam
ekstrak daun keben + pirogalol (3.3.i) berwarna coklat sedang, dalam ekstrak daun keben +
tembaga (II) sulfat (3.3.j) berwarna coklat terang, dalam
ekstrak daun keben + xanthan
gum (3.3.k)
berwarna coklat terang, dalam
pirogalol + tembaga (II) sulfat + xanthan gum (3.3.l) berwarna coklat sedang, dalam
ekstrak daun keben + pirogalol
+ tembaga (II) sulfat (3.3.m) berwarna coklat gelap,
dalam ekstrak daun keben + pirogalol
+ xanthan gum (3.3.n) berwarna coklat
sedang, dalam ekstrak daun keben + tembaga (II) sulfat + xanthan gum (3.3.o)
berwarna coklat terang, dan dalam ekstrak daun keben + pirogalol + tembaga (II) sulfat +
xanthan gum (3.3.p) memberikan warna coklat gelap.
Gambar
(3.3.b) terjadi kurang
stabil karena dapat hilang dengan pencucian. Oleh karena itu untuk mendapatkan
hasil yang optimal maka pewarna alami digunakan bersamaan dengan zat warna
logam dan zat pembangkit warna. Efek warna rambut dapat terlihat jelas pada
gambar (3.3.m) dan (3.3.p) yaitu warna coklat gelap. Penggunaan zat
warna senyawa logam dan zat pembangkit warna akan menghasilkan warna yang lebih
kuat dan lebih stabil (Ditjen POM, 1985). Dengan demikian, konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat yang akan
digunakan dalam formula pewarna rambut masing-masing adalah 1%.
3.2.4
Pengaruh konsentrasi ekstrak
daun keben dengan penambahan bahan terhadap
perubahan warna rambut uban
Variasi konsentrasi ekstrak daun keben dapat memberikan perbedaan warna rambut uban
yang dihasilkan dari proses perendaman dalam waktu yang sama. Perbedaan warna
rambut uban tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.4 berikut:
Gambar
3.4 Pengaruh konsentrasi ekstrak daun keben dengan penambahan bahan terhadap perubahan
warna rambut uban dengan lama perendaman 4 jam.
A C
D F
A B C D
D
E F G
Keterangan:
Formula A = Konsentrasi ekstrak daun keben 1%,
pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%, dan xanthan gum 0,2% dengan
perendaman selama 4 jam.
Formula B = Konsentrasi ekstrak daun keben 2%,
pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%, dan xanthan gum 0,2% dengan
perendaman selama 4 jam.
Formula C = Konsentrasi ekstrak
daun keben 3%, pirogalol 1%, tembaga
(II) sulfat 1%, dan xanthan gum 0,2% dengan perendaman selama 4
jam.
Formula D = Konsentrasi
ekstrak daun keben 4%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%, dan xanthan gum 0,2%
dengan perendaman selama 4 jam.
Formula E = Konsentrasi ekstrak daun keben 5%,
pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%, dan xanthan gum 0,2% dengan
perendaman selama 4 jam.
Formula F = Konsentrasi ekstrak daun keben 6%,
pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%, dan xanthan gum 0,2% dengan
perendaman selama 4 jam.
Formula G = Konsentrasi ekstrak daun keben 7%,
pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%, dan xanthan gum 0,2% dengan
perendaman selama 4 jam.
Gambar (3.4)
merupakan hasil perendaman rambut uban dalam sediaan pewarna rambut dengan
beberapa variasi konsentrasi ekstrak daun keben. Pewarnaan dengan formula A (konsentrasi ekstrak daun keben 1%) memberikan
warna coklat gelap, formula B (konsentrasi ekstrak daun
keben 2%) dan formula C (konsentrasi ekstrak daun keben 3%)
memberikan warna coklat gelap, formula D (konsentrasi ekstrak
daun keben 4%), formula E
(konsentrasi ekstrak daun keben 5%) memberikan warna coklat terang, formula
F (konsentrasi ekstrak daun keben 6%) dan formula G (konsentrasi ekstrak daun keben 7%)
memberikan pewarnaan yang sama yaitu warna hitam.
Hasil
perendaman rambut uban dari masing-masing formula yang dibuat memberikan
perubahan warna pada rambut uban seperti pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Data hasil pengamatan secara visual pengaruh
konsentrasi ekstrak daun keben terhadap
perubahan warna rambut uban.
No.
|
Formula
|
Hasil pewarnaan pada lama perendaman (jam)
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||
1
|
A
|
Coklat
terang
|
Coklat sedang
|
Coklat sedang
|
Coklat gelap
|
2
|
B
|
Coklat
sedang
|
Coklat
sedang
|
Coklat
sedang
|
Coklat gelap
|
3
|
C
|
Coklat
sedang
|
Coklat gelap
|
Coklat gelap
|
Coklat gelap
|
4
|
D
|
Coklat gelap
|
Coklat gelap
|
Coklat gelap
|
Hitam
|
5
|
E
|
Coklat gelap
|
Coklat gelap
|
Coklat gelap
|
Hitam
|
6
|
F
|
Coklat gelap
|
Coklat gelap
|
Hitam
|
Hitam
|
7
|
G
|
Coklat gelap
|
Hitam
|
Hitam
|
Hitam
|
Tabel (3.1) menunjukkan
bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak daun keben maka hasil pewarnaanya
menjadi lebih gelap, dalam penelitian ini konsentrsi ekstrak daun
keben
yang digunakan sampai 7%. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi jumlah
ekstrak daun keben akan memberikan warna yang lebih dominan dibandingkan
formula dengan konsentrasi ekstrak lebih rendah.
Pencampuran ekstrak daun keben, pirogalol, dan tembaga (II)
sulfat dapat memperbaiki daya lekat warna pada rambut. Zat warna dapat menempel
lebih kuat pada tangkai rambut, hal ini disebabkan karena molekul-molekul
tersebut menembus kutikula dan masuk ke dalam
korteks rambut sehingga terjadi perubahan warna pada rambut (Ditjen POM, 1985).
3.2.5 Pengaruh
Waktu Perendaman terhadap Hasil Pewarnaan Rambut Uban
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap percobaan
yang telah dilakukan, diketahui bahwa lamanya waktu perendaman mempengaruhi hasil pewarnaan rambut uban
seperti terlihat pada Gambar 3.5 di bawah ini
yang diambil dari formula D.
a b c d
Gambar 3.5
Pengaruh waktu perendaman
terhadap hasil pewarnaan rambut uban
Keterangan:
a =
Perendaman selama 1 jam
b =
Perendaman selama 2 jam
c =
Perendaman selama 3 jam
d =
Perendaman selama 4 jam
Perendaman rambut uban dalam sediaan pewarna
rambut dilakukan selama 1-4 jam. Penentuan waktu perendaman ini berdasarkan
hasil yang diperoleh bahwa pewarnaan rambut uban terjadi secara bertahap hingga
mencapai pewarnaan maksimal pada perendaman selama 4 jam yang dapat mengubah
rambut uban (putih) menjadi warna hitam seperti terlihat pada Gambar 3.5.
Perendaman selama 1-3 jam mengubah warna putih menjadi coklat gelap, perendaman selama 4 jam dapat mengubah warna rambut uban (putih) menjadi hitam.
Hasil
pengamatan secara visual terhadap perendaman rambut uban diperoleh formula yang menghasilkan
perubahan warna paling jelas yang mengarah kepada warna hitam, yaitu formula G yang terdiri dari ekstrak daun keben 7%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%, dan
xanthan gum 1%. Kemudian formula inilah yang
digunakan untuk uji evaluasi.
Pencampuran ekstrak daun keben, pirogalol, dan tembaga (II) sulfat
dapat memperbaiki daya lekat warna pada rambut. Zat warna dapat menempel lebih
kuat pada tangkai rambut, hal ini disebabkan karena molekul-molekul tersebut
menembus kutikula dan masuk ke dalam korteks rambut sehingga terjadi perubahan
warna pada rambut (Ditjen POM, 1985).
3.3 Hasil Evaluasi
3.3.1 Stabilitas warna terhadap pencucian
Berdasarkan uji stabilitas warna terhadap pencucian diperoleh hasil bahwa tidak terjadi perubahan warna
rambut setelah lima belas kali pencucian seperti terlihat pada Gambar 3.6 berikut:
c
|
e
|
b
|
a
|
d
|
C
|
B
|
A
|
Keterangan:
a = sebelum
pencucian
b = 1 kali
pencucian
c = 5 kali
pencucian
d = 10 kali
pencucian
e = 15 kali
pencucian
Warna
rambut sebelum dan setelah pencucian masih terlihat sama, tidak terjadi
perubahan. Menurut Ditjen POM (1985), warna rambut uban tetap stabil terhadap
pencucian karena adanya pencampuran zat warna alam dengan zat warna senyawa
logam. Campuran tersebut dapat memperbaiki daya lekat warna pada rambut sebab
zat warna dapat menempel lebih kuat pada tangkai rambut.
3.3.2
Stabilitas warna terhadap sinar matahari
Warna ditentukan kestabilannya dengan memaparkan rambut
selama 5 jam di bawah sinar matahari yang dapat
dilihat pada Gambar 3.7 berikut:
a b
Gambar 3.7 Stabilitas warna terhadap sinar
matahari
Keterangan:
a =
Warna rambut sebelum dipaparkan di bawah sinar matahari langsung
b = Warna rambut setelah dipaparkan di bawah
sinar matahari langsung
Gambar
(3.7) menunjukkan
bahwa warna rambut tetap sama sebelum dan sesudah pemaparan terhadap sinar
matahari.
3.3.3
Uji biologis (Uji iritasi)
Sediaan pewarna rambut yang hendak dipasarkan untuk
konsumen harus diberikan penandaan yang jelas mengenai cara penggunaan,
komposisi, dan kadar zat yang digunakan. Selain itu, pada etiket tersebut harus
tercantum perlu tidaknya uji iritasi sebelum digunakan. Uji ini dilakukan untuk
meyakinkan apakah dalam formulasi sediaan pewarna rambut terjadi reaksi antara
komponen sehingga terbentuk zat yang bersifat iritan atau toksik.
Uji ini dilakukan terhadap 12 orang
sukarelawan. Formula yang dipilih adalah formula G yang
terdiri dari ekstrak daun keben 7%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%, dan xanthan gum 1%. Hasil
pengujian dapat dilihat dari data pengamatan yang dilakukan pada masing-masing
sukarelawan seperti pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Data pengamatan uji iritasi terhadap kulit
sukarelawan.
No.
|
Pernyataan
|
Sukarelawan
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
||
1
|
Eritema
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
Eritema dan Papula
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3
|
Eritema, Papula, dan
Vesikula
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
Edema dan Vesikula
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Keterangan:
0 = Tidak ada reaksi
+ = Eritema
++ = Eritema dan papula
+++ = Eritema, papula, dan
vesikula
++++ = Edem dan vesikula (Ditjen POM, 1985).
Tabel
3.2
di atas menunjukkan bahwa formula sediaan pewarna rambut yang digunakan tidak
mengakibatkan iritasi pada kulit.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Ekstrak daun keben (Barringtonia
asiatica Kurz.) dapat diformulasi ke dalam sediaan pewarna rambut
dengan menghasilkan warna dari coklat terang sampai hitam.
2. Formula yang menghasilkan warna terbaik adalah formula G yang terdiri dari ekstrak daun keben (Barringtonia
asiatica Kurz.), pirogalol, tembaga (II) sulfat, dan xanthan gum dengan perbandingan konsentrasi 7%: 1%: 1%: 1% yaitu berwarna hitam, stabil terhadap 15 kali pencucian dan
sinar matahari langsung, serta tidak menimbulkan reaksi iritasi pada kulit.
5.2
Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk terus meningkatkan nilai guna
dari ekstrak daun keben, seperti dalam bidang kosmetik lainnya dengan membuat
bentuk sediaan lain, misalnya cat kuku atau dalam bidang makanan sebagai
pewarna alami makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimb.
(2013).
Barringtinia asiatiaca. http://damarweb.blogspot.com
/2013/01/ barringtonia-dari-wikipedia.html. 15 Maret 2013.
Badan POM. (2008). Pewarna Rambut.
Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Hal. 5.
Bariqina, E., dan
Ideawati. Z.
(2001). Perawatan & Penataan Rambut.
Yogyakarta: Adi Cita Karya
Nusa. Hal. 1-12,
83-86.
Dalton,
J.W. (1985). The Professional Cosmetologist.
Edisi ketiga. St. Paul: West Publishing Company. Hal. 202, 210-233.
Ditjen POM.
(1979). Farmakope Indonesia. Edisi
Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 32-33.
Ditjen
POM. (1985). Formularium Kosmetik
Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI. Hal. 83-86, 208-219.
Harborne. J.B.,1987. Metode Fitokimia ,
terjemahan K. Radmawinata dan I. Soediso. Bandung : ITB Press. Hal. 64.
Lutony, K. (1993).
Pinang Sirih. Yogyakarta : Kanisius
Majundar, A.M.,
Kapandi, A.H., and Pendse, G.S. (1979). Chemistry
and Pharmacology of Betel Nut Areca Catechu Linn, Journal of Plantation Crops, 7.
Prabhu dan Teli (2011)
dalam Jurnal Marnoto, T., Haryono, G., Gustinah, D., dan Artha, F.P. Ekstraksi Tannin Sebagai Bahan Pewarna Alami
Dari Tanaman Putrimalu (Mimosa pudica) Menggunakan Pelarut Organik.
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta Reaktor, Vol. 14 No. 1,
April 2012, Halaman 39-45.
Putro, D.S. (1998). Agar Awet
Muda. Ungaran: Trubus
Agriwidya. Hal. 12-15.
Saati,
E.A. (2006). Membuat Pewarna Alami. Cetakan I.
Surabaya: Trubus
Agrisarana. Halaman 30-33, 40-41.
Scott,
O.P., Callahan, M.G., Faulkner, R.M., dan Jenkins, M.L. (1976). Textbook of Cosmetology. London:
Prentice-Hall , Inc. Hal. 33, 202-2017.
Tranggono, R.I., dan Latifah. F. (2007).
Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 33-37.
Wijaya, A., Fazrin
A.F., Nurul D.A., Susilo, F.A dan Ameliya, S. (2011). Zat Warna Alam dalam Daun Asam Jawa (Tamarindus indica L.)
sebagai Pewarna Alam pada Bahan Tekstil.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan keben (Barringtonia
asiatica Kurz.)
Lampiran 2. Bagan alir
pembuatan ekstrak daun keben
Daun keben
|
Disortasi
dan dicuci
Dikeringkan
dengan cara diangin-anginkan
Dirajang
Ditimbang
(sebagai berat basah)
Daun keben 1,5 kg
|
Dikeringkan pada suhu ± 40oC
Ditimbang
Simplisia kering 0,520 kg
|
Dihaluskan dengan cara diblender
Diayak
dengan ayakan mesh 60
Ditimbang
Serbuk simplisia 0,513kg
|
Maserasi
|
Dimaserasi dengan cairan penyari etanol 70%
Maserat 5 L
|
Dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu ± 70oC
Ekstrak kental 445 ml
|
Dikeringkan
dengan freeze dryer pada suhu -67oC
Digerus dan
diiayak
dengan ayakan mesh 60
Ditimbang
Serbuk ekstrak daun keben 120 g
|
Lampiran 3. Gambar tumbuhan keben (Barringtonia
asiatica Kurz.)
Lampiran 4. Gambar daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.)
Lampiran 5. Gambar simplisia kering daun keben
Lampiran 6. Gambar serbuk ekstrak daun keben
Lampiran 7. Gambar pirogalol
.
Lampiran 8. Gambar tembaga (II) sulfat
Lampiran 9. Gambar xanthan gum
Lampiran 10. Gambar hasil pewarnaan rambut
A1 A2 A3 A4
Keterangan: Pewarnaan rambut
selama 1, 2, 3, dan 4 jam dalam ekstrak daun keben 1% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% +
xanthan gum 1%
B1 B2 B3 B4
Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, dan 4
jam dalam ekstrak daun keben 2% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 1%
C1 C2 C3 C4
Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, dan 4
jam dalam ekstrak daun keben 3% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 1%
D1 D2 D3 D4
Keterangan: Pewarnaan rambut
selama 1, 2, 3, dan 4 jam dalam ekstrak daun keben 4% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% +
xanthan gum 1%
E1 E2 E3 E4
Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, dan 4
jam dalam ekstrak daun keben 5% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 1%
F1 F2 F3 F4
Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, dan 4
jam dalam ekstrak daun keben 6% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 1%
G1 G2 G3 G4
Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, dan 4
jam dalam ekstrak daun keben 7% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 1%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar