PENCARIAN

Kamis, 04 Juli 2013

PEWARNA RAMBUT JURNAL



PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN KEBEN (Barringtonia asiatica Kurz.) SEBAGAI PEWARNA RAMBUT

Abstrak

            Bagian keben (Barringtonia asiatica Kurz.) yang digunakan sebagai pewarna adalah daunnya yang menghasilkan warna coklat kemerahan. Masyarakat biasanya menggunakan zat warna yang dihasilkan oleh daun keben ini untuk pewarna pakaian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan pewarna rambut menggunakan ekstrak kering daun keben dengan penambahan bahan pembangkit warna tembaga (II) sulfat dan pirogalol dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun keben untuk mendapatkan warna hitam terbaik.
Ekstraksi zat warna dari daun keben dilakukan dengan cara maserasi menggunakan etanol 96%, kemudian dikeringkan menjadi ekstrak kering. Sediaan pewarna rambut dibuat dengan formula yang terdiri dari ekstrak kering daun keben dengan berbagai konsentrasi, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7%. Pirogalol, tembaga (II) sulfat, dan xanthan gum masing-masing 1%. Sebagai pelarut digunakan akuades. Pewarnaan dilakukan dengan cara merendam rambut uban dalam sediaan pewarna rambut selama 1-4 jam dan diamati perubahan warna setiap jam perendaman rambut uban secara visual.     
Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan dipengaruhi oleh konsentrasi ekstrak kering daun keben dan lamanya waktu perendaman. Semakin besar konsentrasi ekstrak kering daun keben, maka warna rambut yang dihasilkan semakin gelap sampai pada konsentrasi 7%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak kering daun keben dapat digunakan sebagai pewarna rambut.

Kata kunci: ekstrak daun keben, keben, Baringtonia asiatiaca Kurz., tembaga (II) sulfat, pirogalol, xhanthan gum, pewarna  rambut. 



THE USE OF KEBEN LEAF (Barringtonia asiatica Kurz.) EXTRACT IN HAIR DYE PREPARATION

                                               Abstract         

The part of keben (Intsia bakeri Prain) used as coloring agent is the inside part of its leaf that produce the florid brown. People usually use coloration that produced by this keben leaf  is for clothes coloration.
The objective of this research was to formulate hair dye preparation using of keben leaf extract with plant color agent copper (II) sulfate and pyrogalol with various concentrations of keben wood extract that can produce the best black colour.
Extraction of color essence from keben leaf was done with maseration method way using 96% of ethanol then dried to be dried extract. Hair dye preparation was made with a formula consisting of keben leaf  extract with various concentrations, these were 1, 2, 3, 4, 5, 6,  and 7%. Pyrogallol, copper (II) sulfate, and xanthan gum were 1%, respectively. Aquadest was used as the solvent. Coloring process was done by soaking of gray hair on hair dye preparation for 1-4 hours and the color change was observed visually every hour of gray hair soaking.
          The result showed that brown color was influenced by the concentration of keben leaf extract and duration of soaking. The greater concentration of keben leaf extract, until the hair colour was changed from brown to darker at the concentration of 7%. It can be concluced that keben leaf extract can be used as hair coloring agent.

Keywords:  extract keben leaf, keben, Baringtonia asiatiaca Kurz., copper (II) sulfate, pyrogalol, xanthan gum, hair dye









BAB I

PENDAHULUAN

                                                                                    
1.1    Latar Belakang

            Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga mulut antara lain untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono, 2007).
            Rambut adalah mahkota bagi wanita sehingga berbagai cara dilakukan untuk membuat penampilan rambut menjadi menarik salah satunya adalah dengan mengubah warna rambut menggunakan pewarna rambut/cat rambut (Badan POM, 2008). 
Rambut selain merupakan mahkota kecantikan pada perempuan, juga berfungsi sebagai pelindung kulit. Pertama sebagai pelindung terhadap rangsangan fisik seperti panas, dingin, kelembaban, dan sinar. Kedua sebagai pelindung terhadap rangsang mekanik seperti pukulan, gosokan, dan tekanan serta ketiga sebagai pelindung terhadap rangsangan kimia seperti berbagai zat kimia dan keringat (Bariqina dan Ideawati, 2001).
Rambut terbentuk oleh pembedahan sel-sel matriks rambut yang berada didasar umbi rambut. Sel-sel tersebut akan mengatur diri, mana yang akan menjadi selaput rambut, mana yang akan menjadi kulit rambut dan mana yang akan menjadi medulla rambut. Setelah mencapai sekitar 1/3 dari dasar kandung rambut, sel-sel yang semula hidup dan berinti itu menjadi kehilangan intinya, mengering dan substansinya berubah menjadi zat tanduk atau zat keratin yang keras dan mati. Di bawah umbi rambut terdapat melanosit yaitu sel-sel pembentuk pigmen yang mewarnai sel-sel matriks dalam perkembangannya menjadi sel tanduk. Melanosit menghasilkan butir-butir melanin tidak berwarna. Dalam butir-butir melanin yang tidak berwarna itu terdapat asam amino tirosin. Setelah tirosin dipengaruhi oleh enzim tiro-sinase, timbullah pigmen melanin berwarna gelap. Ketika zat tanduk terbentuk, pewarnaannya juga sudah terjadi dengan sempurna (Tranggono, 2007).
Pewarna rambut adalah sediaan kosmetik yang digunakan dalam tata rias rambut baik untuk mengembalikan warna asalnya/menutupi atau untuk membuat warna lain (Badan POM, 2008). Keinginan untuk mewarnai rambut memang sudah berkembang sejak dahulu. Bahkan ramuan yang dijadikan zat warna pada waktu itu diperoleh dari sumber alam, pada umumnya berasal dari tumbuhan dengan tujuan untuk memperbaiki penampilan (Ditjen POM, 1985).
Pewarna alami adalah zat warna alami (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah digunakan sejak dahulu dan umumnya dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis. Pada daftar FDA, pewarna alami dan pewarna identik alami tergolong dalam uncertified color additives karena tidak memerlukan sertifikat kemurnian kimiawi. Klorofil memberikan warna hijau, diperoleh dari daun dan banyak digunakan untuk makanan. Banyak kandungan lain yang terdapat pada tumbuhan dimanfaatkan sebagai bahan pewarna seperti flavonoid dan tanin (Wijaya, dkk. 2011). Tanin banyak digunakan sebagai penyamak kulit karena kemampuannya untuk mengendapkan protein tanpa mengubah sifat fisika dan kimia kulit. Selain itu, tanin digunakan sebagai zat pewarna, bahan pengawet minuman, bahan baku pembuatan obat-obatan seperti obat kumur dan obat cacing (Majundar et.al, 1979), ramuan pembuatan sabun, pasta gigi, dan kosmetik (Lutony, 1993). Prabhu dan Teli (2011) mengekstraksi tannin dari asam jawa (Tamarindus indica L.) sebagai mordant alami yang dicampur dengan tembaga sulfat sebagai bahan pewarna alami pada bahan katun, wol dan kain sutra.
Keben merupakan salah satu tanaman yang mengandung tanin sebagai salah satu komponen yang sudah banyak digunakan dan diteliti sebagai zat warna. Keben sudah mulai dimanfaatkan dan diteliti oleh masyarakat untuk pengobatan terutama penggunaan buah keben sebagai anestesi. Selama ini, pemanfaatannya hanya dilakukan pada buah dan biji keben. Sedangkan daun yang mengandung tanin banyak dibuang dan tidak pernah dimanfaatkan oleh masyarakat terutama dalam hal kosmetika dan pengobatan.
Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk memanfaatkan daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.) sebagai pewarna rambut.
1.2 Perumusan Masalah                        
Berdasarkan uraian di atas perumusan masalahnya adalah:
a.       Apakah ekstrak daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.) dapat diformulasikan ke dalam sediaan pewarna rambut.
b.      Berapakah konsentrasi ekstrak daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.) yang menghasilkan warna terbaik.
1.3 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
a.       Ekstrak daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.) diduga dapat diformulasikan ke dalam sediaan pewarna rambut.
b.      Ekstrak daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.) dapat memberikan warna terbaik pada konsentrasi tertentu.
1.4 Tujuan Penelitian
 Tujuan penelitian ini adalah:
a.         Untuk mengetahui bahwa ekstrak daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.) dapat dibuat sebagai sediaan pewarna rambut dengan penambahan bahan pembangkit warna tembaga (II) sulfat dan pirogalol.
b.      Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.) yang menghasilkan warna terbaik.
1.5 Manfaat Penelitian
            Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil guna dari daun keben. Selain itu juga dapat memberikan informasi bahwa ekstrak daun keben dapat digunakan sebagai pewarna rambut alami yang relatif aman dengan penambahan zat pembangkit warna.


BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca listrik, blender, ayakan, batang pengaduk, pinset, kertas perkamen, gunting, tisu gulung, rotary evaporator, cotton buds, lemari pengering, freeze dryer, dan alat- alat gelas yang diperlukan.
2.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun keben, etanol 70% (teknis/Merck), pirogalol (Merck), tembaga (II) sulfat (Merck), xanthan gum (Coyote brand), aquadest dan rambut uban.
2.3  Prosedur Kerja
2.3.1 Pengumpulan sampel
Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.) yang diambil dari tumbuhan yang telah dewasa di  halaman Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara (USU), Medan.
2.3.2 Identifikasi sampel
Identifikasi tumbuhan dilakukan di laboratorium Herbarium Medanense Universitas Sumatera Utara.

2.3.3 Pengolahan sampel
Daun keben dicuci bersih dan ditiriskan, kemudian dikering dengan cara diangin-anginkan, lalu ditimbang berat basahnya 1.500 gram. Bahan kemudian dipotong kecil-kecil, lalu dikeringkan di lemari pengering pada temperatur ± C hingga kering, lalu diserbukkan dengan menggunakan blender kemudian diayak dan disimpan di tempat kering lalu ditimbang berat keringnya yaitu 520 gram.
2.3.4 Pembuatan ekstrak daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.)
Pembuatan ekstrak daun keben dilakukan secara maserasi menggunakan penyari alkohol 70%.
Cara kerja:
Serbuk simplisia sebanyak 500 gram dimasukkan ke dalam bejana tertutup, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari (etanol 70%) sampai semua simplisia terendam sempurna. Rendaman tersebut ditutup rapat, disimpan pada suhu kamar dan biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau perubahan warna) sambil sering diaduk, diserkai, diperas, dan dicuci ampas dengan cairan penyari (etanol 70%) secukupnya hingga diperoleh 100 bagian (5000 ml ekstrak daun keben). Pindahkan kedalam bejana tertutup, dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, lalu disaring (Ditjen POM. 1979). Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan diuapkan dengan menggunakan penguap putar vakum (rotary vacuum evaporator) pada tekanan rendah dan suhu 40-50C untuk menguapkan pelarut etanol yang terdapat dalam filtrat. Hasil penguapan dengan menggunakan penguap putar vakum (rotary vacuum evaporator) tersebut diperoleh ekstrak tanin yang masih mengandung etanol (crude extract) yang berwarna cokelat. Terhadap ekstrak daun keben yang masih mengandung etanol (crude extract) kemudian dilakukan uji senyawa tanin. Kemudian ekstrak daun keben yang masih mengandung etanol dihilangkan kadar etanol yang masih terdapat dalam ekstrak dengan menggunakan freeze dryer sehingga didapat ekstrak daun keben  yang berwarna coklat kehitaman (Saati, 2006). Ekstrak kering daun keben yang didapat lalu digerus dan diayak hinggga diperoleh serbuk ekstrak daun keben sebayak 120 gram.
2.3.5 Uji senyawa tanin
Ekstrak kental daun keben sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan beberapa tetes FeCl3  1%. Terbentuknya warna biru tua menunjukkan adanya senyawa tanin (Harborne, 1987).
2.4 Pembuatan Formula
Formula yang dipilih berdasarkan formula standard yang terdapat pada Formularium Kosmetika Indonesia (1985) seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Formula standard
Komposisi
Coklat muda
Coklat tua
Hitam
Serbuk inai
30
83
73
Pirogalol
5
10
15
Tembaga (II) sulfat
5
7
12
Sebelum dibuat formula pewarna rambut, dilakukan orientasi terhadap rambut uban untuk menentukan konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat dengan catatan bahwa konsentrasi pirogalol tidak lebih dari 5% (Ditjen POM, 1985) seperti pada Tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Formula orientasi
Komposisi
A
B
Ekstrak daun keben
3
3
Pirogalol
1
2
Tembaga (II) sulfat
1
2
Dalam orientasi penelitian ini, sediaan yang akan dibuat adalah sediaan  pewarna rambut dengan penambahan konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat masing-masing 1% dengan kriteria warna rambut terbaik yang dihasilkan adalah hitam. Selanjutnya dilakukan lagi orientasi terhadap rambut uban dengan penambahan xanthan gum 0,5% sebagai berikut:
1.        Rambut uban direndam dalam ekstrak daun keben dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%
2.        Rambut uban direndam dalam pirogalol 1%
3.        Rambut uban direndam dalam tembaga (II) sulfat 1%
4.        Rambut uban direndam dalam xanthan gum 0,5%
5.        Rambut uban direndam dalam pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1%
6.        Rambut uban direndam dalam pirogalol 1% + xanthan gum 0,5%
7.        Rambut uban direndam dalam tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 0,5%
8.        Rambut uban direndam dalam ekstrak daun keben 3% + pirogalol 1%
9.        Rambut uban direndam dalam ekstrak daun keben 3% + tembaga (II) sulfat 1%
10.    Rambut uban direndam dalam ekstrak daun keben 3% + xanthan gum 0,5%
11.    Rambut uban direndam  dalam pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 0,5%
12.    Rambut uban direndam dalam ekstrak daun keben 3% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1%
13.    Rambut uban direndam dalam ekstrak daun keben 3% + pirogalol 1% + xanthan gum 0,5%
14.    Rambut uban direndam dalam ekstrak daun keben 3% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 0,5%
15.    Rambut uban direndam dalam ekstrak daun keben 3% + pirogalol 1% + tembaga (II)  sulfat 1% + xanthan gum 0,5%.
Rambut uban dimasukkan ke dalam masing-masing bahan atau campuran bahan, dilakukan perendaman selama 4 jam, kemudian dikeluarkan, dicuci dan dikeringkan. Masing-masing diamati warna yang terbentuk.
Dari hasil orientasi di atas, dibuat formula dengan variasi konsentrasi ekstrak daun keben seperti pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Formula pewarna rambut yang dibuat
Komposisi
Formula (%)
A
B
C
D
E
F
G
Ekstrak daun keben
1
2
3
4
5
6
7
Pirogalol
1
1
1
1
1
1
1
Tembaga (II) Sulfat
1
1
1
1
1
1
1
Xanthan gum
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
Air ad
100
100
100
100
100
100
100
Keterangan:
Formula A  =   Konsentrasi ekstrak daun keben 1%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1% dan xanthan gum 0,5%.
Formula B  =   Konsentrasi ekstrak daun keben  2%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1% dan xanthan gum 0,5%.
Formula C  =   Konsentrasi ekstrak daun keben 3%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1% dan xanthan gum 0,5%.
Formula D  =   Konsentrasi ekstrak daun keben 4%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1% dan xanthan gum 0,5%.
Formula E  =   Konsentrasi ekstrak daun keben 5%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1% dan xanthan gum 0,5%.
Formula F   =   Konsentrasi ekstrak daun keben 6%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1% dan xanthan gum 0,5%.
Formula G  =   Konsentrasi ekstrak daun keben 7%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1% dan xanthan gum 0,5%.
Prosedur kerja:
Dikalibrasi beaker glass 100 ml. Sesuai dengan formula yang digunakan. Dicampurkan pirogalol, tembaga (II) sulfat, ekstrak daun keben dan xanthan gum ke dalam lumpang, digerus homogen. Ditambahkan aquasest 50 ml ke dalam lumpang, lalu digerus hingga homogen. Dipindahkan massa ke dalam beaker glass yang telah dikalibrasi, kemudian dicukupkan dengan air suling sampai batas kalibrasi.
Pengujian terhadap rambut uban:
Empat ikat rambut uban masing-masing seratus helai yang telah dipotong kira-kira 5 cm dan dicuci dengan sampo, dimasukkan ke dalam campuran bahan pewarna rambut, dilakukan perendaman selama 1-4 jam dengan satu ikat rambut diambil setiap jamnya untuk kemudian dicuci, dikeringkan, dan dipisahkan serta diamati warna yang terbentuk sesuai dengan waktu perendaman.



2.5 Evaluasi
2.5.1 Pengamatan secara visual
Pengamatan ini dilakukan terhadap masing-masing formula untuk tiap kali perendaman. Dari hasil percobaan yang dilakukan, ditentukan waktu perendaman yang optimal, yaitu dengan membandingkan hasil pewarnaan setelah 1-4 jam perendaman. Kemudian masing-masing formula diamati hasil akhir pewarnaannya dan warna tersebut diklasifikasikan menurut Natural Color Levels seperti pada Gambar 2.1.










Gambar  2.1 Natural Color Levels (Dalton,1985).
Keterangan:
Blonde = Pirang; Brown = Cokelat; Black = Hitam; Light = Terang; Medium = Sedang; Dark = Gelap



2.5.2 Pengamatan stabilitas warna
2.5.2.1 Stabilitas warna terhadap pencucian
Prosedur kerja:
Uban yang telah diberi pewarna dengan perendaman selama 4 jam dicuci dengan menggunakan sampo dan dikeringkan. Pencucian ini dilakukan sebanyak 15 kali pencucian, kemudian diamati apakah terjadi perubahan warna rambut setelah pencucian.
2.5.2.2 Stabilitas warna terhadap sinar matahari
Uban yang telah diwarnai dan dibilas bersih dibiarkan terkena sinar matahari langsung selama 5 jam mulai dari pukul 1000-1500 WIB, setelah itu diamati perubahan warnanya.
2.5.3 Uji biologis (Uji iritasi)
Sukarelawan yang dijadikan sebagai panel dalam uji iritasi pada formula pewarnaan rambut adalah orang terdekat dan sering berada di sekitar pengujian sehingga lebih mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi pada kulit yang sedang diuji dengan kriteria sebagai berikut:
1.      wanita berbadan sehat,
2.      usia antara 20-30 tahun,
3.      tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi, dan
4.      bersedia menjadi relawan (Ditjen POM, 1985).
Prosedur kerja:
Kulit sukarelawan yang akan diuji dibersihkan dan dilingkari dengan spidol (diameter 3 cm) pada bagian belakang telinganya, kemudian pewarna rambut yang telah disiapkan dioleskan dengan menggunakan cotton buds pada tempat yang akan diuji dengan diameter 2 cm, lalu dibiarkan selama 24 jam dengan diamati setiap 4 jam sekali apakah terjadi eritema, papula, vesikula, dan edema (Scott, 1976; Ditjen POM, 1985). Bila terjadi eritema diberi tanda +, terjadi eritema dan papula diberi tanda ++, terjadi eritema, papula dan vesikula diberi tanda +++, terjadi edema dan vesikula diberi tanda ++++ dan bila tidak terjadi reaksi diiberi tanda 0 (Ditjen POM, 1985).
















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Indentifikasi Sampel
Hasil identifikasi tumbuhan menunjukkan bahwa bahan uji adalah tumbuhan keben (Barringtonia asiatica Kurz.) famili Lecythidiaceae.

3.2 Pengaruh Penambahan Bahan dan Perbedaan Konsentrasi terhadap         Perubahan Warna Rambut Uban

3.2.1   Hasil orientasi penambahan ekstrak daun keben terhadap perubahan warna rambut uban

Berdasarkan hasil orientasi yang dilakukan diperoleh hasil pewarnaan rambut uban seperti pada Gambar 3.1 berikut:
e
d
c
b
a





Gambar 3.1 Pengaruh penambahan ekstrak daun keben terhadap  perubahan warna rambut uban dengan lama perendaman 4 jam.
Keterangan:
a   = rambut uban dalam ekstrak daun keben 1%
b   = rambut uban dalam ekstrak daun keben 2%
c   = rambut uban dalam ekstrak daun keben 3%
d   = rambut uban dalam ekstrak daun keben 4%
e   = rambut uban dalam ekstrak daun keben 5%
Hasil perendaman rambut uban dalam ekstrak daun keben (3.1.a) terjadi perubahan warna yaitu dari putih menjadi pirang sedang, pada gambar (3.1.b) terjadi perubahan warna yaitu dari putih menjadi pirang gelap, pada gambar (3.1.c) terjadi perubahan warna yaitu dari putih menjadi coklat terang, pada gambar (3.1.d) terjadi perubahan warna yaitu dari putih menjadi coklat sedang, dan pada gambar (3.1.e) terjadi perubahan warna yaitu dari putih menjadi coklat gelap.
3.2.2   Hasil orientasi perbedaan penambahan konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat terhadap perubahan warna rambut uban

Konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat ditentukan berdasarkan hasil orientasi seperti pada Gambar 3.2 berikut:
      








                          a                                         b
             
Gambar 3.2  Pengaruh perbedaan konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat                  terhadap perubahan warna rambut uban dengan lama perendaman                  4 jam.
Keterangan:
a     =   rambut uban dalam ekstrak daun keben 3%, pirogalol 1%, tembaga (II)   sulfat 1%
b     =     rambut uban dalam ekstrak daun keben 3%, pirogalol 2%, tembaga (II)  sulfat 2%

Gambar (3.2.a) menunjukkan bahwa rambut uban dalam formula yang mengandung ekstrak daun keben 3%, pirogalol 1%, dan tembaga (II) sulfat 1% dapat mengubah warna rambut uban menjadi coklat tua, sementara rambut uban dalam formula yang mengandung pirogalol 2% dan tembaga (II) sulfat 2% dengan jumlah ekstrak daun keben yang sama, mengubah warna rambut uban menjadi hitam seperti pada gambar (3.2.b). Dengan demikian, konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat yang akan digunakan dalam formula pewarna rambut masing-masing adalah 1%.
3.2.3    Hasil orientasi penambahan bahan dan campuran bahan terhadap perubahan warna rambut uban


Berdasarkan hasil orientasi yang dilakukan diperoleh hasil pewarnaan rambut uban seperti pada Gambar 3.3 berikut:




        a                                 b                                  c                               d
 



                                               

        e                                  f                                  g                               h
 




                                              
              i                                  j                                k                                  l


 




             m



             m                                 n                               o                                  p

Gambar 3.3 Pengaruh penambahan bahan dan campuran bahan terhadap  perubahan warna rambut uban dengan lama perendaman 4 jam.
Keterangan:
a   = rambut uban (blanko)
b   = rambut uban dalam ekstrak daun keben 3%
c   = rambut uban dalam pirogalol 1%
d   = rambut uban dalam tembaga (II) sulfat 1%
e   = rambut uban dalam xanthan gum 0,5%
f   = rambut uban dalam pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1%
g   = rambut uban dalam pirogalol 1% + xanthan gum 0,5%
h   = rambut uban dalam tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 0,5%
i    = rambut uban dalam zat warna daun keben 3% + pirogalol 1%
j    = rambut uban dalam zat warna daun keben 3% + tembaga (II) sulfat 1%
k   = rambut uban dalam zat warna daun keben 3% + xanthan gum 0,5%
l    =     rambut uban dalam pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum   0,5%
m  = rambut uban dalam zat warna daun keben 3% + pirogalol 1% + tembaga (II)   sulfat 1%
n   = rambut uban dalam zat warna daun keben 3% + pirogalol 1% + xanthan  gum 0,5%
o   = rambut uban dalam zat warna daun keben 3% + tembaga (II) sulfat 1% +  xanthan gum 0,5%
p   = rambut uban dalam zat warna daun keben 3% + pirogalol 1% + tembaga     (II) sulfat 1% + xanthan gum 0,5%
Hasil perendaman rambut uban dalam ekstrak daun keben (3.3.b) terjadi perubahan warna yaitu dari putih menjadi coklat terang, dalam pirogalol (3.3.c) berwarna pirang terang, dalam tembaga (II) sulfat (3.3.d) warna tidak berubah, dalam xanthan gum (3.3.e) warna tidak berubah, dalam pirogalol + tembaga (II) sulfat (3.3.f) berwarna coklat sedang, dalam pirogalol + xanthan gum (3.3.g) berwarna pirang terang, dalam tembaga (II) sulfat + xanthan gum (3.3.h) warna tidak berubah, dalam ekstrak daun keben + pirogalol (3.3.i) berwarna coklat sedang, dalam ekstrak daun keben + tembaga (II) sulfat (3.3.j) berwarna coklat terang, dalam ekstrak daun keben + xanthan gum (3.3.k) berwarna coklat terang, dalam pirogalol + tembaga (II) sulfat + xanthan gum (3.3.l) berwarna coklat sedang, dalam ekstrak daun keben + pirogalol + tembaga (II) sulfat (3.3.m) berwarna coklat gelap, dalam ekstrak daun keben + pirogalol + xanthan gum (3.3.n) berwarna coklat sedang, dalam ekstrak daun keben + tembaga (II) sulfat + xanthan gum (3.3.o) berwarna coklat terang, dan dalam ekstrak daun keben + pirogalol + tembaga (II) sulfat + xanthan gum (3.3.p) memberikan warna coklat gelap.
Gambar (3.3.b) terjadi kurang stabil karena dapat hilang dengan pencucian. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang optimal maka pewarna alami digunakan bersamaan dengan zat warna logam dan zat pembangkit warna. Efek warna rambut dapat terlihat jelas pada gambar (3.3.m) dan (3.3.p) yaitu warna coklat gelap. Penggunaan zat warna senyawa logam dan zat pembangkit warna akan menghasilkan warna yang lebih kuat dan lebih stabil (Ditjen POM, 1985). Dengan demikian, konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat yang akan digunakan dalam formula pewarna rambut masing-masing adalah 1%.
3.2.4   Pengaruh konsentrasi ekstrak daun keben dengan penambahan bahan terhadap perubahan warna rambut uban

Variasi konsentrasi ekstrak daun keben dapat memberikan perbedaan warna rambut uban yang dihasilkan dari proses perendaman dalam waktu yang sama. Perbedaan warna rambut uban tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.4 berikut:
Gambar 3.4   Pengaruh konsentrasi ekstrak daun keben dengan penambahan bahan terhadap perubahan warna rambut uban dengan lama perendaman 4 jam.

                    A                                                                                      C







             
                    D                                                                                          F
               A                              B                             C                              D

                   D                                                                                    









                          E                               F                                 G

Keterangan:
Formula A       =   Konsentrasi ekstrak daun keben 1%, pirogalol 1%, tembaga (II)  sulfat 1%, dan xanthan gum 0,2% dengan perendaman selama 4  jam.
Formula B       =   Konsentrasi ekstrak daun keben 2%, pirogalol 1%, tembaga (II)  sulfat 1%, dan xanthan gum 0,2% dengan perendaman selama 4  jam.
Formula C       =   Konsentrasi ekstrak daun keben 3%, pirogalol 1%, tembaga (II)  sulfat 1%, dan xanthan gum 0,2% dengan perendaman selama 4  jam.
Formula D       =   Konsentrasi ekstrak daun keben 4%, pirogalol 1%, tembaga (II)  sulfat 1%, dan xanthan gum 0,2% dengan perendaman selama 4  jam.
Formula E       =   Konsentrasi ekstrak daun keben 5%, pirogalol 1%, tembaga (II)  sulfat 1%, dan xanthan gum 0,2% dengan perendaman selama 4  jam.
Formula F       =   Konsentrasi ekstrak daun keben 6%, pirogalol 1%, tembaga (II)  sulfat 1%, dan xanthan gum 0,2% dengan perendaman selama 4  jam.
Formula G       =   Konsentrasi ekstrak daun keben 7%, pirogalol 1%, tembaga (II)  sulfat 1%, dan xanthan gum 0,2% dengan perendaman selama 4  jam.

Gambar (3.4) merupakan hasil perendaman rambut uban dalam sediaan pewarna rambut dengan beberapa variasi konsentrasi ekstrak daun keben. Pewarnaan dengan formula A (konsentrasi ekstrak daun keben 1%) memberikan warna coklat gelap, formula B (konsentrasi ekstrak daun keben 2%) dan formula C (konsentrasi ekstrak daun keben 3%) memberikan warna coklat gelap, formula D (konsentrasi ekstrak daun keben 4%), formula E (konsentrasi ekstrak daun keben 5%) memberikan warna coklat terang, formula F (konsentrasi ekstrak daun keben 6%) dan formula G (konsentrasi ekstrak daun keben 7%) memberikan pewarnaan yang sama yaitu warna hitam.
Hasil perendaman rambut uban dari masing-masing formula yang dibuat memberikan perubahan warna pada rambut uban seperti pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Data hasil pengamatan secara visual pengaruh konsentrasi ekstrak daun keben terhadap perubahan warna rambut uban.
No.
Formula
Hasil pewarnaan pada lama perendaman (jam)
I
II
III
IV
1
A
Coklat terang
Coklat sedang
Coklat sedang
Coklat gelap
2
B
Coklat sedang
Coklat sedang
Coklat sedang
Coklat gelap
3
C
Coklat sedang
Coklat gelap
Coklat gelap
Coklat gelap
4
D
Coklat gelap
Coklat gelap
Coklat gelap
Hitam
5
E
Coklat gelap
Coklat gelap
Coklat gelap
Hitam
6
F
Coklat gelap
Coklat gelap
Hitam
Hitam
7
G
Coklat gelap
Hitam
Hitam
Hitam
Tabel (3.1) menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak daun keben maka hasil pewarnaanya menjadi lebih gelap, dalam penelitian ini konsentrsi ekstrak daun keben yang digunakan sampai 7%. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi jumlah ekstrak daun keben akan memberikan warna yang lebih dominan dibandingkan formula dengan konsentrasi ekstrak lebih rendah.
Pencampuran ekstrak daun keben, pirogalol, dan tembaga (II) sulfat dapat memperbaiki daya lekat warna pada rambut. Zat warna dapat menempel lebih kuat pada tangkai rambut, hal ini disebabkan karena molekul-molekul tersebut menembus kutikula dan masuk ke dalam korteks rambut sehingga terjadi perubahan warna pada rambut (Ditjen POM, 1985).
3.2.5   Pengaruh Waktu Perendaman terhadap Hasil Pewarnaan Rambut        Uban

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap percobaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa lamanya waktu perendaman mempengaruhi hasil pewarnaan rambut uban seperti terlihat pada Gambar 3.5 di bawah ini yang diambil dari formula D.






                a                             b                               c                                   d
Gambar 3.5 Pengaruh waktu perendaman terhadap hasil pewarnaan rambut uban
Keterangan:
a   = Perendaman selama 1 jam
b   = Perendaman selama 2 jam
c   = Perendaman selama 3 jam
d   = Perendaman selama 4 jam

Perendaman rambut uban dalam sediaan pewarna rambut dilakukan selama 1-4 jam. Penentuan waktu perendaman ini berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa pewarnaan rambut uban terjadi secara bertahap hingga mencapai pewarnaan maksimal pada perendaman selama 4 jam yang dapat mengubah rambut uban (putih) menjadi warna hitam seperti terlihat pada Gambar 3.5. Perendaman selama 1-3 jam mengubah warna putih menjadi coklat gelap, perendaman selama 4 jam dapat mengubah warna rambut uban (putih) menjadi hitam.
Hasil pengamatan secara visual terhadap perendaman rambut uban diperoleh formula yang menghasilkan perubahan warna paling jelas yang mengarah kepada warna hitam, yaitu formula G yang terdiri dari ekstrak daun keben 7%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%, dan xanthan gum 1%. Kemudian formula inilah yang digunakan untuk uji evaluasi.
Pencampuran ekstrak daun keben, pirogalol, dan tembaga (II) sulfat dapat memperbaiki daya lekat warna pada rambut. Zat warna dapat menempel lebih kuat pada tangkai rambut, hal ini disebabkan karena molekul-molekul tersebut menembus kutikula dan masuk ke dalam korteks rambut sehingga terjadi perubahan warna pada rambut (Ditjen POM, 1985).




3.3  Hasil Evaluasi
3.3.1 Stabilitas warna terhadap pencucian
Berdasarkan uji stabilitas warna terhadap pencucian diperoleh hasil bahwa tidak terjadi perubahan warna rambut setelah lima belas kali pencucian seperti terlihat  pada Gambar 3.6 berikut:




c
e
b
a
d
 


C
B
A
3.6 Stabilitas warna terhadap pencucian
Keterangan:
a   = sebelum pencucian
b   = 1 kali pencucian
c   = 5 kali pencucian
d   = 10 kali pencucian
e   = 15 kali pencucian
Warna rambut sebelum dan setelah pencucian masih terlihat sama, tidak terjadi perubahan. Menurut Ditjen POM (1985), warna rambut uban tetap stabil terhadap pencucian karena adanya pencampuran zat warna alam dengan zat warna senyawa logam. Campuran tersebut dapat memperbaiki daya lekat warna pada rambut sebab zat warna dapat menempel lebih kuat pada tangkai rambut.
3.3.2 Stabilitas warna terhadap sinar matahari
Warna ditentukan kestabilannya dengan memaparkan rambut selama 5 jam di bawah sinar matahari yang dapat dilihat pada Gambar 3.7 berikut:


                  




                                        a                                            b

Gambar 3.7 Stabilitas warna terhadap sinar matahari
Keterangan:
a   = Warna rambut sebelum dipaparkan di bawah sinar matahari langsung
b   = Warna rambut setelah dipaparkan di bawah sinar matahari langsung
Gambar (3.7) menunjukkan bahwa warna rambut tetap sama sebelum dan sesudah pemaparan terhadap sinar matahari.
3.3.3 Uji biologis (Uji iritasi)
Sediaan pewarna rambut yang hendak dipasarkan untuk konsumen harus diberikan penandaan yang jelas mengenai cara penggunaan, komposisi, dan kadar zat yang digunakan. Selain itu, pada etiket tersebut harus tercantum perlu tidaknya uji iritasi sebelum digunakan. Uji ini dilakukan untuk meyakinkan apakah dalam formulasi sediaan pewarna rambut terjadi reaksi antara komponen sehingga terbentuk zat yang bersifat iritan atau toksik.
Uji ini dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan. Formula yang dipilih adalah formula G yang terdiri dari ekstrak daun keben 7%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%, dan xanthan gum 1%. Hasil pengujian dapat dilihat dari data pengamatan yang dilakukan pada masing-masing sukarelawan seperti pada Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Data pengamatan uji iritasi terhadap kulit sukarelawan.

No.

Pernyataan
Sukarelawan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
Eritema
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
Eritema dan Papula
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
Eritema, Papula, dan Vesikula
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
Edema dan Vesikula
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Keterangan:
0          = Tidak ada reaksi
+          = Eritema
++       = Eritema dan papula
+++     = Eritema, papula, dan vesikula
++++   = Edem dan vesikula (Ditjen POM, 1985).
Tabel 3.2 di atas menunjukkan bahwa formula sediaan pewarna rambut yang digunakan tidak mengakibatkan iritasi pada kulit.












BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.    Ekstrak daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.) dapat diformulasi ke dalam sediaan pewarna rambut dengan menghasilkan warna dari coklat terang sampai hitam.
2.    Formula yang menghasilkan warna terbaik adalah formula G yang terdiri dari ekstrak daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.), pirogalol, tembaga (II) sulfat, dan xanthan gum dengan perbandingan konsentrasi 7%: 1%: 1%: 1% yaitu berwarna hitam, stabil terhadap 15 kali pencucian dan sinar matahari langsung, serta tidak menimbulkan reaksi iritasi pada kulit.

5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk terus meningkatkan nilai guna dari ekstrak daun keben, seperti dalam bidang kosmetik lainnya dengan membuat bentuk sediaan lain, misalnya cat kuku atau dalam bidang makanan sebagai pewarna alami makanan.







DAFTAR PUSTAKA
Anonima. (2013). Keben. http://www.sogolagro.wordpress.com/tag/keben. Diakses 10 Maret 2013.

Anonimb. (2013). Barringtinia asiatiaca. http://damarweb.blogspot.com /2013/01/ barringtonia-dari-wikipedia.html. 15 Maret 2013.

Badan POM. (2008). Pewarna Rambut. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Hal. 5.

Bariqina, E., dan Ideawati. Z. (2001). Perawatan & Penataan Rambut. Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa. Hal. 1-12, 83-86.

Dalton, J.W. (1985). The Professional Cosmetologist. Edisi ketiga. St. Paul: West Publishing Company. Hal. 202, 210-233.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 32-33.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 83-86, 208-219.

Harborne. J.B.,1987. Metode Fitokimia , terjemahan K. Radmawinata dan I. Soediso. Bandung : ITB Press. Hal. 64.

Lutony, K. (1993). Pinang Sirih. Yogyakarta : Kanisius

Majundar, A.M., Kapandi, A.H., and Pendse, G.S. (1979). Chemistry and Pharmacology of Betel Nut Areca Catechu Linn, Journal of Plantation Crops, 7.

Prabhu dan Teli (2011) dalam Jurnal Marnoto, T., Haryono, G., Gustinah, D., dan Artha, F.P. Ekstraksi Tannin Sebagai Bahan Pewarna Alami Dari Tanaman Putrimalu (Mimosa pudica) Menggunakan Pelarut Organik. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta Reaktor, Vol. 14 No. 1, April 2012, Halaman 39-45.

Putro, D.S. (1998).  Agar  Awet  Muda.  Ungaran:  Trubus  Agriwidya. Hal. 12-15.

Saati, E.A. (2006). Membuat Pewarna Alami. Cetakan I. Surabaya: Trubus Agrisarana. Halaman 30-33, 40-41.

Scott, O.P., Callahan, M.G., Faulkner, R.M., dan Jenkins, M.L. (1976). Textbook of Cosmetology. London: Prentice-Hall , Inc. Hal. 33, 202-2017.

Tranggono, R.I., dan Latifah. F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.  Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 33-37.

Wijaya, A., Fazrin A.F., Nurul D.A., Susilo, F.A dan Ameliya, S. (2011). Zat Warna Alam dalam Daun Asam Jawa (Tamarindus indica L.) sebagai Pewarna Alam pada Bahan Tekstil.




































LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan keben (Barringtonia asiatica Kurz.)






















Lampiran 2. Bagan alir pembuatan ekstrak daun keben
Daun keben
 
                                                                     Disortasi dan dicuci
                                                                     Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan
                                                                     Dirajang
                                                                     Ditimbang (sebagai berat basah)
Daun keben  1,5 kg
 



                                                                     Dikeringkan pada suhu ± 40oC
                                                                     Ditimbang

Simplisia kering 0,520 kg
 



                                                                     Dihaluskan dengan cara diblender
                                                                     Diayak dengan ayakan mesh 60
                                                                     Ditimbang
Serbuk simplisia 0,513kg
Maserasi  
 







                                                                     Dimaserasi dengan cairan penyari etanol 70%

Maserat 5 L
 


                                                                     Dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu ± 70oC
Ekstrak kental 445 ml
 



                                                                     Dikeringkan dengan freeze dryer pada suhu -67oC
Digerus dan diiayak dengan ayakan mesh 60
                                                                     Ditimbang
Serbuk ekstrak daun keben 120 g
 


Lampiran 3. Gambar tumbuhan keben (Barringtonia asiatica Kurz.)


































Lampiran 4. Gambar daun keben (Barringtonia asiatica Kurz.)





















Lampiran 5. Gambar simplisia kering daun keben
























Lampiran 6. Gambar serbuk ekstrak daun keben
 

                                           





















Lampiran 7. Gambar pirogalol
.












































Lampiran 8. Gambar tembaga (II) sulfat
























Lampiran 9. Gambar xanthan gum













































Lampiran 10. Gambar hasil pewarnaan rambut


                                                                                  







              A1                            A2                            A3                            A4
Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, dan 4 jam dalam ekstrak daun keben 1% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 1%
                                                                                  









              B1                            B2                             B3                          B4
Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, dan 4 jam dalam ekstrak daun keben 2% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 1%        











              C1                        C2                               C3                               C4 
Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, dan 4 jam dalam ekstrak daun keben 3% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 1%
                









              D1                       D2                              D3                           D4
Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, dan 4 jam dalam ekstrak daun keben 4% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 1%
                                                                                  













              E1                      E2                                 E3                               E4
Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, dan 4 jam dalam ekstrak daun keben 5% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 1%











            F1                               F2                             F3                             F4
Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, dan 4 jam dalam ekstrak daun keben 6% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 1%


                                                                                  









              G1                            G2                            G3                       G4
Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, dan 4 jam dalam ekstrak daun keben 7% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 1%





Tidak ada komentar:

Posting Komentar